Lihat ke Halaman Asli

Slamet Arsa Wijaya

Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Santapan Rohani Sehatkan Nurani Bukan Malah Berpenyakit

Diperbarui: 21 Oktober 2020   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Bagi yang sehat mata sudah lama kita sama-sama melihat liku-liku jalan ini. Mengerti, kesuksesan bukan hadiah dan pemberian laksana hujan jatuh dari langit. Tapi hasil perjuangan keras oleh panas dengan peluhnya. Guyuran hujan tak gigilkan kulit bahkan pori-porinya makin deras terisi harapan. Semangat bara kian menyala karena api cinta, demi cita-cita tak pernah padam.

Bagi yang sehat telinga jujur telah banyak mendengar suara-suara sumbang, serapah, kesal, caci maki dan keki lebih besar mengisi ruang. Dari pada nyanyian-nyanyian indah yang merasuki kalbu. Ternyata kita masih sulit menjadi pendengar yang baik, sehingga tetap berbanding kata-kata yang kita lontarkan.

Karena pintu telaah tak dibuka tuk sejenak merenungi, apakah informasi yang datang menyesatkan atau kebenaran sejati. Andai sikap ini tumbuh niscaya hanya ada bersuara rapi sesuai penilaian nurani yang tak dibumbui pedas atau asam.    

Bagi yang sehat hati telah luas sama-sama merasakan rasa-rasa, tentang pahit, getir dan bermacam ketidakadilan. Diwarnai renindasan dan fitnah karena mekarnya kemunafikan. Makin merona kesombongon, rimbun keangkuhan hingga turunannya menyuburkan kebencian.

Seyogyanya kita tak terlena dan cepat pasrah pada pusarannya itu. Tetaplah resapkan hadirnya hujan petuah-petuah tuk memagari hawa panas, dan merendam angkara yang terlanjur susupi hati. Niscaya wajah tetap hijau dan cerah karena ada embun ruhani yang selalu membasahi saat hujan sementara tiada.     

Balaslah keburukan dengan kebaikan pasti tak dipersalahkan, bahkan danggap mulia. Imbasnya pun dahsyat disukai orang-orang di mana pun. Sayangnya, kebanyakan kita sulit untuk melakukan. Sebaliknya sangat bermurah durja, pembalasan lebih kejam dari perbuatan.

Kalau ini yang kerap terjadi mari kembali tanyakan pada diri sejati. Apalah arti santapan rohani yang rutin kita lahap, jika vitamin dan gizinya di jiwa tak mampu kalahkan atau minimal menangkal hadirnya penyakit hati.

*****

Bekasi, 21/10/2020

#esawe.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline