Lihat ke Halaman Asli

Baca Buku Terbaru Saya ya!

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai Warga Kompasiana... Bingung cari kegiatan untuk mengisi waktu luang di libuaran yang panjang ini? Well, gimana nih kalau Warga Kompasiana membaca buku terbaru saya... Asyik lho! N' dijamin, bakal mengisi waktu luang Anda dengan kegiatan yang seru dan bermanfaat.

LAN bercerita tentang proses pencarian jati diri sang tokoh utamanya Erlan. Dimana kisah cinta "luar biasanya"nya dengan Maria membuatnya harus berkali-kali "mati". Belum lagi keterkejutannya karena sosok ayah yang selama ini dia cari-cari dan dia rindukan ternyata ada didekatnya. Novel ini berlatar belakang situasi kehidupan beragama di Indonesia tahun 2003. Apakah nilai-nilai "Bhineka Tunggal Ika" itu masih hidup di dalam kehidupan kita? Dan apakah kita masih bisa bertoleransi dengan berbagai perbedaan dan perubahan yang ada? Temukan jawabannya di buku ini?

***** beberapa komentar pakar...

"Cerita novel ini sebetulnya cukup sederhana tapi dibalut dengan pola yang cukup unik. Narasi mimpi dipakai untuk menjelaskan latar hubungan kedua protagonis tanpa penjelasan lebih panjang lagi sehingga cerita di masa sekarang bisa berlanjut dengan natural. Diksi dan teknik penceritaan sang penulis juga cukup enak dibaca, mengalir lancar dan tanpa tersendat-sendat."

Calvin Michel Sidjaja - penulis novel Juktaposisi, Pemenang 3 Sayembara Novel DKJ 2006

“Inilah harga yang harus kami bayar, bahwa satu-satunya jalan menempuh kehidupan milik sendiri adalah dengan kematian.” Kematian (baca: reinkarnasi) tidak selalu identik dengan kematian fisik. Reinkarnasi, proses kematian menuju pada sebuah kehidupan kembali, bisa juga berlangsung pada pikiran manusia. Untuk mengalami, untuk belajar mengenali, dan untuk tahu tentang siapa diri mereka sebenarnya, ternyata memang mereka, Erlan dan Maria, berulang-ulang kali harus mati. Di sini kita seakan diingatkan sebuah istilah Zen “kosongkanlah cawanmu”. Penuh itu kekosongan dan kosong adalah sebuah kondisi yang penuh. Dengan kata lain, jika kita ingin belajar, atau katakanlah mencari siapa sebenarnya jati diri kita, maka selayaknya kita bersikap seperti seorang anak kecil yang polos, yang belum mengetahui apapun, sehingga kita bisa memahami segala sesuatunya, pelajaran yang diberikan Hidup dengan lebih baik.

Sonea Harry, wartawan majalah Link Go

bebarapa komentar teman...

"kalau dilihat dari covernya yang abstrak sekilas isinya sepertinya bagus dan teman saya ini punya daya imajinasi yang sangat bagus dalam merangkai kata-katanya ditiap-tiap bab novel yang ditulis, novel bagus banget walaupun tebalnya hanya 201 lumayan menemani saya di weekend kali ini dan menambah koleksi buku saya lagi."

Demini Rose, sahabat sejak jaman FS sampe sekarang di Kompasiana ini

I already received your book anyway, and I was read it. Hahaha... What a adorable story's! My tummy got numb, when I read about Galih, ouw Dear... Defenitely adorable... but some makes me cry, Bro. I think you're to make people flouded up their emotions.when they read these book.

Rere Retno Anjani, sahabat tinggal di Singapura




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline