Lihat ke Halaman Asli

Gemuruh Aksi Terorisme di Sarinah

Diperbarui: 21 Oktober 2023   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kamis, 14 Januari pukul 10.50, masyarakat perkotaan dikagetkan dengan ledakan yang terjadi di sebuah kafe di Sarinah, Thamrin, Jakarta. Ledakan itu diawali oleh seorang pemuda yang masuk ke kafe dan melakukan aksi bom bunuh diri. Sontak hal itu membuat para pengunjung kafe berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. 

Pengeboman Sarinah ini mengancam Kesatuan dan Persatuan Negara Indonesia dan juga sangat mengancam keamanan dan ketenangan Bangsa Indonesia. Tragedi ini juga membuktikan bahwa ideologi yang ditanami oleh Bangsa Indonesia belum sepenuhnya berhasil dijalankan, apalagi tragedi pengeboman ini memakan banyak korban jiwa yang mana mengganggu keamanan warga sekaligus keutuhan negara Indonesia.

Tragedi ini sangat mengkhawatirkan khususnya di bidang Keamanan dan Persatuan Indonesia. Pengeboman ini terjadi karena pelaku pengeboman tersebut masih menjadi kaki tangan dari ISIS yang dikhawatirkan sudah masuk ke Negara Indonesia dan menyebabkan adanya saling tuduh menuduh antar oknum sesama warga Indonesia, yang menghasilkan perpecahan di dalam negara ini.

Menurut pendapat polisi, tragedi Pengeboman Sarinah memiliki hubungan dengan pergerakan ISIS. Polisi menduga bahwa bom tersebut bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat Indonesia dan internasional bahwa ISIS hadir di Indonesia. ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) merupakan kelompok ekstremis muslim yang bertujuan untuk mendirikan negara Islam dan kekhalifahan Islam di Irak dan Suriah. Namun, kini ISIS telah menjadi sebuah ideologi yang disebarkan melalui teknologi informasi ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. 

Pemikiran Islam ekstrim inilah penyebab dari adanya gerakan teroris seperti ini. Pemikiran tersebut menyebabkan para teroris memaksakan suatu negara untuk diubah menjadi negara Islam dengan kekerasan dan terorisme. Pemikiran Islam ekstrim muncul dikarenakan tidak sesuai dalam memahami ajaran agama, memandang rendah agama lain, dan merasa bahwa membela Islam dengan kekerasan justru akan mendapat pahala.

"Aksi terorisme dan bom di Sarinah tidak boleh dikaitkan dengan agama manapun, apalagi Islam yang menyuruh umatnya melakukan hal tersebut. Kami berharap media dan mengklarifikasi informasi dan tidak mengaitkan aksi terorisme ini dengan agama", kata Afrizal Sinaro, Jumat (15/1).

Meskipun begitu, pemikiran Islam ekstrim ini telah menyebabkan stereotip buruk terhadap pemeluk agama Islam yang tidak ada kaitannya dengan pemikiran tersebut. Padahal, agama Islam mengajarkan tentang perdamaian sesuai dengan asal katanya (salami) yang berarti selamat, bebas, dan damai. Namun, tragedi pengeboman Sarinah tidak mencerminkan apa yang diajarkan oleh agama Islam sehingga prasangka-prasangka buruk mengelilingi agama Islam. Berikut dampak lain mengenai tragedi pengeboman Sarinah terhadap agama Islam, yaitu:

1. Konsep terorisme selalu dikaitkan dengan agama tertentu. Dalam tragedi bom Sarinah, aksi tersebut kembali berhasil merekatkan label bahwa Islam adalah agama teroris. 

2. Dunia Barat dan sekutunya menyatakan bahwa mereka memahami Islam sebagai kelompok yang paling mendukung aksi teroris.

3. Menolak kesalahpahaman umum tentang umat Islam yang merugikan dan menghancurkan peradaban (Riza Sihbudi, 2004. Islam, radikalisme dan demokrasi. Republika).

4. Ideologi jihadis bunuh diri ini berhasil melibatkan jaringan Al-Qaeda Indonesia dalam perang global melawan teror. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline