Assalamu'alaikum, Diary.
Semangat pagi!
Lembaran kertasmu telah melambai mesra padaku. Pena pun menari, taksabar mengajak berdansa menorehkan tintanya untuk mengikuti irama ceritaku yang ceria. Pagi yang cerah, mengantarkan energi kegembiraan. Semoga terus mengiringi hingga tetirah malam, ya, Ry.
Baiklah, kau taksabar rupanya tuk segera mendengar curahanku sepagi ini. Yuk, kita mulai.
Bidik layar akun Kompasiana (Dok.Pri)
Ry, ketika kutuliskan kata demi kata pada lembaranmu, lagi-lagi aku berucap Alhamdulillaah. Berkat rahmat dan izin-Nya, artikel yang kuunggah di Kompasiana ini telah menapak pada seratus pertama.
Banyak kenangan tersemat pada rekam jejak di sana. Ada sedu sedan, ada tangis bahagia. Membuncah dalam rasa. Ada kala rasio berpikir waras dalam menyusun alur cerita. Membangun narasi, menyuguhkan tuturan yang sekiranya mudah dipahami. Takmudah menuangkan ide, namun kupercaya, Diary, ilham yang datang dari niat baik untuk berbagi kisah dan ilmu, sesungguhnya dihadirkan dari Sang Maha Kebaikan.
Ya, aku percaya, apabila ada kebaikan yang dirasakan dari tulisan yang kuunggah, in syaa Allah itu datangnya dari Allah. Apabila ada rasa kekurangan, semata-mata itu datangnya dariku sebagai manusia yang masih faqir ilmu.
Diary, lagi-lagi dengan rasa syukur, taksangka kiranya aku menapaki rutinitas menulis dengan suka cita hingga seratus naskah tertera disana. Dan kaulah yang kunobatkan sebagai yang keseratus diunggahan hari ini. Alhamdulillah, Tujuhpuluh dua menjadi PILIHAN, dan aha! Kemarin Admin Kompasiana berbaik hati menembuskan satu artikel utama dari sembilanpuluh sembilan yang ada.
Ry, jujur aku seneng bingitz!
Karena jelang seratus, satu dapat lirikan manis jadi AU! Uhuk!
Semoga dirimupun dilirik label biru, ya say. Aamiin.
Eh, tahu gak, Ry?
Awalnya aku beneran gak percaya ketika Mbak Nazar ngasih ucapan selamat di grup Kompasiana Berbalas atas Ha-eL-nya artikelku. Beliau ada sebut namaku. Lha, kan ada dua nama Siska disana. 'Paling buat Mbak Siska Dewi, bukan Siska Artati', gitu batinku, Ry.