Lihat ke Halaman Asli

Generasi Muda Tioanghoa Indonesia: Penerus Marga yang Memudar

Diperbarui: 13 Agustus 2023   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bagian depan Rumah Yayasan Marga Sim /Shen, Jakarta- dokpri

Geneasi Muda Tionghoa : Penerus Marga yang Memudar

Sabtu, 21 Januari 2023, satu hari menjelang perayaan Imlek, tahun baru menurut kalender China. Beberapa hari sebelumnya mendapat undangan baik melalui pesan Whatapp dan melalui telepon untuk datang ke Rumah Abu Marga atau yayasan Shen/Sim/Siem (沈). Saya berdiskusi dengan istri untuk menghadiri undangan tersebut.

Kami sepakat datang setelah sekian tahun absen dari pertemuan marga. Terakhir saya datang kepertemuan itu saat saya masih belum berkeluarga, sekarang usia rumah tangga kami sudah 8 tahun. Jadi sudah lebih dari 8 tahun saya tidak berkunjung ke rumah marga dan menghadiri pertemuan. Kami memang datang cukup terlambat, sehingga yang kami temui hanya pengurus dan beberapa anggota yang masih berada di rumah keluarga.

Saat saya perhatikan ada seorang pemuda  bersama ibunya, dan seorang pemuda lain yang baru datang setelah kami.  Jadi selain kami bertiga pria yang berusia di bawah 50 tahun, marga Sim yang aktif untuk tetap bersilaturahmi umurnya berusia di atas 50 tahun. Atau mungkin sebelum kami datang ada juga pemuda lain yang sdah pulang, tapi menurut pengalaman saya sebelumnya kaum muda yang datang bisa dihitung dengan jari.

Sekedar informasi marga menurut aturan tionghoa saat ini tercatat ada ratusan marga yang ada di Indonesia. Secara global ada sekitar seribu dua ratus marga. salah satnya Marga kami yang secara populasi masih berada di 100 besar dunia.

Di Jakarta, ada beeberapa rumah marga yang saya ketahui, kebanyakan berada di sekitaran glodok, termasuk rumah marga Sim kami yang berada di daerah Mangga Besar, tepatnya di Jalan mangga besar 4C No. 6, Jakarta Pusat. Memang letaknya tidak di tepi Jalan Raya Mangga Besar, tapi masih mudah dijangkau dan masih bisa dilalui oleh mobil.

Sempat ada perkataan dari pengurus agar kami yang muda bisa melanjutkan tradisi dan keberadaan marga Sim ini. Dari pernyataan itu, saya sempat bertanya dalam pemikiran saya, dimana kaum muda Tionghoa bermaga Sim? Apakah marga lain memiliki masalah yang sama dengan marga Sim? Mereka  ingin mewariskan tradisi leluhr namun sulit mencari penerusnya.

Mari generasi muda Tionghoa, meski kita tidak bisa berbahasa mandari, tidak ada salahnya jika kita tetap berusaha melestarikan tradisi leluhr kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline