Lihat ke Halaman Asli

Siti Maulida Syadiah

Education - Agriculture - Business - Book - Film

Petani Perempuan dalam Memaknai Hari Kartini: Kesenjangan Upah Antar Gender

Diperbarui: 20 April 2022   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Pat Whelen dari Pexels 

Habis gelap terbitlah terang 

Begitu kira-kira kutipan yang kita ketahui ketika mendengar kata Kartini. Selamat hari kartini para perempuan tangguh Indonesia! Tepatnya kita akan merayakan Hari Kartini yang ke-58 tahun pada hari Kamis, 21 April 2022. 

"Tubuh boleh terpasung, tapi jiwa dan pikiran harus terbang sebebas-bebasnya," tulis Kartini dalam salah satu suratnya. Namun di negara yang sudah "merdeka" ini, kesetaraan gender masih terbilang jauh dari yang diharapkan. Apalagi jika melihat peran petani perempuan di Indonesia.  

Di Indonesia sekitar 40% dari total petani yang ada digeluti oleh petani perempuan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani perempuan di Indonesia pada tahun 2019 tercatat sebanyak 8 juta jiwa.

Pastinya di tahun 2022 jumlah petani perempuan di Indonesia juga semakin meningkat. BPS juga mencatat, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan perempuan sebagai pemimpin dalam rumah tangga berjumlah sekitar 2,8 juta rumah tangga. 

Fakta tersebut menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang terlibat dalam sektor pertanian cukup besar. Namun, terdapat masalah utama yaitu kemiskinan. 

Perempuan sebagai kepala rumah tangga banyak ditemui pada rumah tangga miskin sehingga hal tersebut yang mendorong mereka untuk ikut bekerja guna menambah penghasilan disamping menjadi Ibu Rumah Tangga. Tidak ada pilihan bagi mereka selain bekerja di bidang pertanian, namun mereka kurang mendapat pengakuan dari pihak berwenang. 

Jika perempuan memiliki akses lebih besar, produktivitas pertanian dan rumah tangga mereka akan meningkat dan akan berdampak pada peningkatan hingga kestabilan pendapatan keluarga.

Upah harian buruh tani perempuan berkisar antara Rp. 8.000 - Rp. 10.000 , dan Rp. 12.500 - Rp. 15.000 untuk buruh tani laki-laki. Faktor yang mempengaruhi rendahnya pendapatan buruh tani perempuan adalah anggapan bahwa produktivitas buruh tani perempuan selalu berada di bawah produktivitas buruh tani laki-laki. 

Menurut (Lestari, 2011) produktivitas buruh tani perempuan lebih tinggi dari buruh tani laki-laki pada kegiatan tanam, bubut dan rogres sedangkan produktivitas laki-laki hanya unggul pada kegiatan pemupukan. Rata-rata produktivitas perempuan adalah 5,44 leng/jam sedangkan laki-laki 4,99 leng/jam sehingga dapat disimpulkan bahwa produktivitas buruh tani perempuan lebih besar dari produktivitas buruh tani  laki-laki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline