Lihat ke Halaman Asli

Simahir Pakpahan

Mahasiswa Paksa Sarjana di Universitas Kehidupan

Pelajaran dari (Te)tangga

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk apa sih Papa beli tangga kayu itu?", tanya Rika keheranan.


"Tenang saja Ma", Ujar Joni setelah membayar 300ribu Rupiah kepada Om penjual tangga yang kebetulan lewat, sore itu.


Mungkin, keputusan Joni untuk membeli tangga dari penjual keliling itu adalah tindakan "impulsif buying" dalam penilaian Rika, menteri keuangan sekaligus polisi dapur keluarga Joni.


"Alaah, type laki-laki tempe kayak Papa megang martil aja tak bisa, sok beli tangga mau jadi tukang ya?"


"Kedua, tangga itukan hanya perlu sesekali, mending kala perlu pakai penyangga meja, kursi atau panggil tukang aja sekalian"


"Ketiga, mana ada Papa punya waktu betulin apa-apa di rumah, Papa saban hari pulang malam dari kantor sampek tak dikenal sama tetangga."


"Itu dia Ma, tangga ini akan jadi solusi bagi pendatang baru seperti kita di kompleks ini", ujar Joni mantap.


"Atau, jangan-jangan ni, tangga tuh mau dibikin fasilitas Papa 'tuk mengintip tetangga di sebelah tembok ."


"Huss, Piktor kalilah kau ini Ma?"


...setahun sudah perbincangan itu berlalu,


Kini, Pak Joni, pekerja kantoran yang pergi pagi pulang malam dan kurang gaul itu malah sangat dikenal di kompleks perumahan tempat tinggal kami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline