Ketahanan Pangan merupakan bagian dari Ketahanan Nasional oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan pangan disuatu daerah merupakan tanggung jawab bersama, kendatipun yang menjadi produsen dan pelaku utamanya adalah petani di pedesaan. Keluarga tani juga mendambakan hasil panen usaha taninya bisa mencapai target, namun tidak selalu sesuai dengan harapan. Pemerintah melalui menteri Pertanian selalu berusaha meningkatkan produksivitas tanaman padi sawah di setiap daerah melalui berbagai program dan system pembinaan, pengadaan sarana produksi, pengadaan alat mekanisasi dan sampai pada percepatan tanam yang didampingi oleh jajaran TNI.
Belum tentu semua kebijakan dan program mampu meningkatkan produksivitas suatu usaha tani, terkadang penerapan program itu bertentangan dengan agroklimat dan kearipan lokal yang berlaku di suatu daerah. Mengejar target dengan mengabaikan faktor-faktor yang sangat dominan pada budidaya tanaman diduga salah satu penyebab menurunnya hasil bahkan gagal panen.
Universitas secara akademis berperan sebagai pengkaji dan peneliti di bidang pertanian, maka mereka mencoba untuk merunut dari bawah apa sih yang sudah dikerjakan oleh pelaku utama di lahan usaha taninya. Dan ini yang menjadi latar belakang adanya pertemuan antara dosen dari dunia kampus dengan orang yang paling berjasa menyediakan kebutuhan pangan bagi bangsa dan negaranya.
Perjalanan singkat mempertemukan sang pelaku utama dengan pihak akademis, sedikit mengalami miss informasi dalam via telphon genggam, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Silih Nara hanya diberi waktu 90 menit untuk memberitahu dan mengumpulkan delapan ketua kelompok tani dari desa yang berbeda. Wah..... apa di kira mahasiswa nih. Petaniku keluar dari sawah pada berlumpur, berapa menit bersihin kaki, berapa menit ganti baju, berapa menit dari desa ke BPP. Namun menghargai dari kehadiran tamu , kepala BPP mencoba negosiasi waktu selama 120 menit, berkat kerjasama dari semua penyuluh wkpp akhirnya dari delapan petani yang dimintak bisa kami hadirkan sepuluh orang petani
Dua orang tim survey dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh melaksanakan interviu langsung dengan petani secara alot, tidak ada beban bagi petani dalam memberi jawaban atas semua yang ditanyakan tim survey. Dibalik akses keseriusan berwawancara terkadang memancing suasana tertawa akibat pemahaman dari bahasa dan istilah yang berbeda disetiap daerah, seperti tangkai padi yang patah disebut patah leher atau Mupolok Tangkol.
Tersambungnya komunikasi dua arah yang cukup akrab, tanpa terasa seluruh item bahan survey selesai dilaksanakan, akhirnya tim survey memberi pesan kepada petani bahwa hasil survey ini akan bermanfaat untuk perubahan di masa mendatang )*
)* Penyuluh Pertanian