Lihat ke Halaman Asli

Sigit Mardiyanto

Travel Organizer dan Kader PDI PERJUANGAN

"Klitih", Mereka Tidak Sepenuhnya Salah

Diperbarui: 6 Februari 2020   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi kekerasan pelajar. (sumber: KOMPAS/HANDINING)

Klitih Jogja, mereka anak-anak kita.

Beberapa bulan belakangan ini kita sering di kejutkan dengan beberapa kejadian yang cukup menyayat hati. Peristiwa yang sudah seharusnya bisa kita antisipasi. Namun seolah peristiwa tersebut tidak ada solusi dan cenderung semakin liar dan berani.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan keadaan ini. Anak - anak yang seharusnya menghabiskan waktu dengan belajar atau mengikuti kegiatan extra sekolah yang positif, justru sebagian dari mereka menjadi liar tak terkendali.

Apa sebenarnya akar masalah dari kejadian demi kejadian ini. Dendam, eksistensi diri, atau masalah jati diri? Ini sudah berulang terjadi, dan pendekatan dengan cara yang lebih humanis pun belum terjadi.

Untuk itu sudah saatnya kita membuka mata hati untuk mencari solusi. Bukan pendekatan dengan ancaman, atau dengan kekerasan. Kita harus kembali dengan hati. Melakukan, memberikan contoh dan harus selalu memperhatikan kondisi emosional anak - anak.

Pendekatan dengan hati mungkin adalah jalan yang terbaik, ajak mereka berbicara.

Orangtua di rumah, berikanlah perhatian lebih setiap mereka slesai sekolah. Lakukan komunikasi yang baik dengan guru mereka di sekolah, tentang apapun perkembangan anak - anak kita.

Guru sekolah, jangan jadi penghakim yang buruk terhadap perilaku anak yang menyimpang. Aktif dalam membangun komunikasi, perbanyak kegiatan luar kelas. Belajar tidak harus di kelas, sekolah tidak hanya sekedar nilai, Bahasa, IPA, atau Matematika. 

Sekolah adalah tempat di mana anak - anak menemukan hal baru dan posistif untuk di bawa pulang ke rumah dan bergaul di masyarakat. Ajak mereka turun berbaur dengan masyarakat sekitar lingkungan sekolah terdekat. Jalan - jalan saja, berikan mereka ruang terbuka untuk bersosialisasi.

Aparat keamanan, rangkulah mereka dengan kedua tangan terbuka. Ajak mereka bicara tentang hal apa saja yang bersifat kebaikan demi kebajikan bermasyarakat. Lakukan kunjungan sekolah secara berkala, sapa mereka sebagai anak bangsa yang sedang dalam masa pertumbuhan untuk menjadi lebih dewasa.

Pemerintah, buatkanlah ruang - ruang terbuka sebanyak - banyaknya untuk mereka, buatkanlah sarana - sarana olahraga dan fasilitasi mereka dengan ruang - ruang yang menarik hati mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline