Lihat ke Halaman Asli

Sigit Eka Pribadi

TERVERIFIKASI

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

Duhai Politisi, Haruskah Politik Itu Hanya Soal Kekuasaan

Diperbarui: 14 Maret 2021   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar via geotimes

Ketidakwarasan politik nampaknya sudah mulai menggejala di negeri ini, politik semakin ke sini justru nampak terlihat hanyalah melulu memuaskan syahwat ataupun birahinya soal kekuasaan.

Ambisi merengkuh kekuasaan dengan menghalalkan segala cara atau dengan kata lain cara "haram" juga akan ditempuh ternyata semakin menyebabkan politisi menjadi lupa diri terhadap apa sebenarnya makna jiwa politik yang sejati.

Padahal politisi merupakan embrio ataupun janin bagi lahirnya para legislator di parlemen, termasuk di yudikatif dan eksekutif, dan bahkan kedepannya sebagai pemimpin-pemimpin bangsa dan negara ini.

Namun apa lacur, justru yang ada ternyata semakin ke sini ruang-ruang politik di negeri ini malah dibanjiri politisi yang haus kuasa.

Banyak politisi yang menempuh jalan politiknya hanya demi mewujudkan dominasi kekuasaan belaka dengan cara ikut sana dan ikut sini, sukut sana dan sikut sini.

Bahkan, mau saja di giring sana dan di giring sini, berperilaku menjilat sana dan menjilat sini, ikut mana yang kuat dan mana yang menguntungkan, ikut mana yang bisa memberikan jatah kedududukan ataupun kekuasaan.

Orientasi politiknya bukanlah atas nama demokrasi, tapi atas nama kepentingan politik dan berebut dominasi kekuasaan, karena lebih condong mengedepankan idealitas yang destruktif, dialektis, dan distorsi

Sehingga yang diusung hanyalah nuansa politik yang hanya berorientasi pada bagaimana meraih ataupun mempertahankan jabatan dan kekuasaan semata.

Bahkan visi dan misi yang dikedepankan hanyalah sudah dicanangkan untuk meraih atau mempertahankan jabatan dan kekuasaan.

Sehingga politisi cenderung semakin apatis ataupun abai dan mengangkangi pada etika politik dan politik kebangsaan, karena sudah tercokok hidungnya bak "kerbau dungu" yang selalu ikut kemana saja digiring sesuai komando hawa nafsu berkuasa, termasuk mengekor kepada para tuan pemimpinnya masing-masing demi merengkuh dominasi kekuasaan.

Ketelanjangan praktik politik yang saling bersekongkol dan kongkalikong dalam rangka membangun dominasi kekuasaan di legislatif, eksekutif bahkan yudikatif dengan menumbalkan rakyat sangat begitu tampak sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline