Lihat ke Halaman Asli

Sigit Eka Pribadi

TERVERIFIKASI

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

Bullying yang Berakhir Indah

Diperbarui: 6 April 2019   00:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri, Cerpen

Seperti biasa pagi hari ini aku berangkat ke sekolah, Saat ini aku sudah kelas 4 SD, tas sekolah dan bekal setermos kecil air minum serta sekotak bekal makanan, sudah terselempang di badan. Bekal itu sudah disiapkan ibuku sejak subuh tadi.

Sekolahku tak jauh dari rumahku, jaraknya hanya 2 Kilometer dari rumah, aku tak pernah diantar ayah ataupun ibuku, ayahku biasanya jam 6 pagi tadi sudah berangkat bekerja, sedangkan ibuku tetap tinggal dirumah.

Bagiku jarak 2 Kilometer masihlah kuanggap dekat, jadi aku cukup jalan kaki saja ke sekolah. Setelah aku salim dan mencium tangan ibuku, berangkatlah aku ke sekolah.

Terkadang aku berpapasan dengan teman sekelasku, sehingga kami berangkat bersama-sama, tapi hari ini hingga jelang tiba di sekolah aku tak berjumpa temanku, aku sudah dekat dengan sekolah, hanya tinggal melewati bangunan Puskesmas tua, sampailah sudah.

Sudah di depan Puskesmas, kenapa kulihat ada sekelompok anak sekolah yang badannya besar dariku disitu, jumlahnya 3 orang, melihat kedatanganku, mereka bereaksi dan berdiri serta mencegatku, salah satunya langsung  merebut bekal makan dan minumku, hendak ku pertahankan tapi aku didorongnya, hingga terjatuh.

Mereka malah tertawa, aku berusaha bangkit dan merebut kembali bekalku, tapi anak yang satunya lagi menendang pinggangku, hingga aku kembali terjerembab.

Aku kesakitan, nampaknya tak kuasa lagi sudah kupertahankan bekalku itu, sedih tak terkira ketika kulihat bekal yang telah disiapkan ibuku sejak subuh tadi, jatuh ketangan mereka dan dinikmati oleh mereka.

Menangis aku berlari pulang sekencang-kencangnya, ingin kuadukan semua ini pada ibuku secepatnya. Sesampainya aku dirumah langsung kupeluk ibuku dan menangis sejadi-jadinya. Ku ceritakan semua pada ibuku dengan tangis tersengguk.

Ibuku hanya tersenyum sambil menghapus air mataku, dan berkata, adek masih ingat wajahnya," iya bunda, kayaknya mereka anak kelas 6." kataku. Yuk kita ke sekolah lagi, kita ketemu gurunya adek yah," kata ibuku.

Sesampainya disekolah pelajaran ternyata sudah dimulai, ibuku bicara dengan guruku dikantor guru, tak lama aku dan ibuku serta guruku mengajaku ke koridor sekolah dan kulihat langkah demi langkah ternyata kami menuju ke ruang kelas 6.

Ruang kelas 6 masih ramai karena masih menunggu guru pelajaran masuk kelas, dan diam tiba-tiba saat ada kami datang. Nah adek sekarang lihat anak laki-laki dikelas ini, adakah kira-kira yang tadi merebut bekalmu," tanya ibuku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline