Lihat ke Halaman Asli

tak pernah kulepas

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat, 16 Juli 2010

Hari ini hari terakhirku di kotanya, besok aku sudah tebangun di tempat yang berbeda, beda karena tidak ada dy di sampingku.. tapi ini bukan akhiriiii..ini adalah titik awal bagiku, tidak mau menjadi akhir..

Di bandara aku tahu betapa gelisahnya dy, aku tahu beratnya dy melepas kepulanganku, kutahan semua tangisanku, kutahan emosiku.. sampai detik terakhir pun dy masih sangat memperthatikanku, masih mengkhawatirkanku..

Kutahan semua air mata, tidak mau menangis didepannya, aku ingin dy tahu bahwa aku bahagia 4 hari bersamanya, pesawatpun take off, dan tangisanku pun tak terbendung.. kutinggalkan kotanya.. dia masih disana, dengan segala cintaku untuknya..

….

Aku adalah rumput, dia adalah bumiku..

Aku rumput yang tidak akan goyang meski topan menerjang

Karena ada bumi yang menjadi peganganku.. mengikat erat akarnya..

Dia adalah bumiku, hariku..hari yang memenuhi hidupku saat ini bahkan nanti..

Dan aku adalah siangnya laksana matahari yang memberi terang, pembawa kehangatan bagi bumi,

Matahari yang tidak akan menolehkan pandangannya sedikitpun dari bumi, dan mataharipun tahu bahwa bumi akan tetap berputar terpatri, tanpa meninggalkan matahari..

matahari akan selalu muncul di ufuk timur dan tetap begitu, karena baginya timur begitu istimewa..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline