Lihat ke Halaman Asli

Paelani Setia

Sosiologi

Membangun Karakter Beda-Autentik

Diperbarui: 16 Juli 2020   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: entrepreneur.com

Menjadi berbeda tampaknya memang menyenangkan, apalagi berbeda bukan sekedar beda, tetapi berbeda yang autentik. Menjadi beda autentik memerlukan tantangan yang kadang membosankan, meski terkadang sangat menyenangkan. Menjadi beda autentik adalah menjadi diri yang berbeda yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Menjadi beda sangat penting, tidak mungkin beberapa produk sampo, susu, hingga pasta gigi tidak memiliki perbedaan ketika mereka memberanikan muncul di iklan-iklan televisi. Mereka memiliki perbedaan sehingga memiliki pangsa pasar yang berbeda pula.

Jika Anda termasuk tipe: "Saya tidak memiliki perbedaan apapun... ", mestinya Anda (termasuk saya) menyadari bahwa pada dasarnya kita semua memiliki perbedaan dan keunggulan yang tidak orang lain miliki.

Dengan demikian salah satu solusi yang bisa meyakinkan perbedaan kita adalah karakter beda autentik. Artinya, 100% memosisikan perbedaan diri kita di dalam benak orang lain, orang banyak. Apakah kita seorang disiplin, tegas, humoris, atau sistemik dalam berpikir.

Atau perbedaan yang tidak dimilikki orang lain baik dalam profesi, proses berpikir, karakter, kepribadian, atau perbedaan pengajuan solusi terhadap suatu masalah yang tepat. Tujuannya, memosisikan kita sebagai seseorang yang punya warna tersendiri di mata orang lain, berharga, dan dibutuhkan banyak orang.

Lantas, bagaimana kiat menjadi beda autentik?

Beda Autentik Internal

Membekali diri dengan kekuatan internal penting dalam menunjang autentik internal. Secara internal perbedaan karakter dan kemampuan itu perlu digali dan dikembangkan. Hal ini jelas tertanam dalam diri, tinggal digali, dan dikembangkan.

Misalnya, ketika kita ingin menjadi penulis, maka koreksi diri, bekali diri dengan kemampuan menulis yang tidak dimiliki oleh penulis lain. Misalnya, berapa kosakata yang sudah dihafal (termasuk dimengerti), sejauh mana penguasaan suatu isu, topik, fokus materi yang dikuasai, buku yang dibaca, hingga kemampuan mengumpulkan informasi. Termasuk jenis produk tulisan, apakah ilmiah, novel, puisi, dan lainnya.

Atau, bagaimanapun jika Anda ingin menjadi seorang pendongeng, maka Anda wajib menguasai suara-suara beberapa hewan yang tidak dikuasi orang lain, dan tentunya menyenangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline