Lihat ke Halaman Asli

Generasi Emas dan Realitas Pendidikan Kita

Diperbarui: 15 Juli 2019   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Catatan tentang pidato politik Pak Jokowi

Menyaksikan Pidato Pak Jokowi, Presiden terpilih kita semalam, saya langsung tersentak. Dugaan saya meleset, saya pikir Beliau akan bicara topik yang masih bernuansa kompetisi PILPRES yang baru saja usai, ternyata anggapan saya gugur dengan seketika. 

Hal ini dikarenakan Pidato Jokowi melampaui semua prediksi saya. Ia berbicara soal visi Indonesia, mimpi Indonesia dalam peta persaingan global hari ini, tantangan dan harapannya serta bagaimana kita harus menghadapinya selaku sebuah bagsa.

Diantara tema -- tema yang diutarakannya, saya tertarik soal mimpinya tentang sebuah Generasi Emas Indonesia. " Generasi Emas kita kedepannya adalah anak-anak kita", ungkap Beliau dalam salah satu bagian dari pidato politiknya malam itu, dihadapan ratusan ribu hadirin yang hadir.

Adalah sebuah kebetulan bahwa hari ini, 15 Juli 2019, Anak - anak kita di seluruh pelosok negeri, kembali melangkahkan kaki ke sekolah setelah melewati masa liburan panjangnya yang penuh dengan keceriaan. 

Tak tekecuali putra sulungku, hari ini, ia pun bersama semua anak -- anak bangsa yang lainnya mengawali sebuah langkah pertamanya dalam menyulam hari depannya dengan masuk pada jenjang pendidkan Sekolah Dasar atau SD. Sontak, pidato Pak Jokowi seolah menggema nyaring menggetarkan langit seantero nusantara, termasuk kesadaran kita, para orang tua, Guru dan juga pemarintah, tentang bagaimana realitas pendidikan kita, anak -- anak kita yang adalah calon -- calon generasi emas Indonesia di masa yang akan datang.

Dunia global berubah semakin cepat, kata Pak Jokowi dalam satu bagian lain lagi dari pidatonyo. Terhadap hal itu, kitapun diajak harus berubah sesuai kebutuhan zaman jika tak mau dilindas oleh roda zaman itu sendiri. 

Hal ini berlaku tuk semua tak terkecuali dunia pendidikan kita. Pola yang lama yang sudah kedaluarsa, usang harus diganti dengan pola yang baru, yang lebih memungkinkan dunia pendidikan dan anak -- anak kita berubah ke arah yang lebih baik.

Pertama, dunia pendidikan kita perlu mengevaluasi diri. Kita harus sadar betul bahwa sukses tidaknya sebuah mimpi ataupun visi sangat tergantung dari bagaimana keterlibatan kita dalam mengawal sebuah perubahan dari seluruh tahapan mulai dari Input, proces hingga output sebagai satu kesatuan yang integral. 

Ketekunan dan kesungguhan dalam berproses atau proces oriented pada akhirnya akan menghantarkan kita pada sebuah pencapian yang sungguh sesuai dengan harapan kita bersama.

Kita tahu bersama, bahwa pendidikanlah kunci melahirkan generasi emas itu. Memang dunia pendidikan adalah sebuah dunia yang sangat kompleks. Banyak aspek yang harus kita bedah dan kita perbaiki satu persatu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline