Lihat ke Halaman Asli

Serunya Menjadi Duta Baca Cilik di Konferensi Anak 2016

Diperbarui: 28 November 2016   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta Konferensi Anak 2016 dinobatkan menjadi Duta Baca Cilik yang bertugas menularkan virus membaca kepada siapa saja. (foto: dokpri)

Pada tanggal 8 hingga 11 November 2016 yang lalu aku mengikuti acara Konferensi Anak 2016. Pesertanya adalah 33 anak yang berasal dari seluruh Indonesia. Peserta yang ikut adalah anak-anak yang karya tulisnya tentang “Aku dan Jendela Dunia” terpilih dari 1800 karya tulis yang dikirim ke majalah Bobo. Sebenarnya ada 36 anak yang terpilih, namun ada 3 anak tidak bisa mengikuti acara konferensi ini karena ada acara lainnya yang juga diadakan dalam waktu bersamaan.  

Aku masih tak menyangka aku termasuk ke dalam 36 peserta terpilih tesebut. Aku sangat senang sekali, tak sabar ingin mengikuti segala kegiatan yang ada, berkenalan dan bermain dengan teman-teman baru.

Akhirnya hari-hari yang kutunggu tiba juga. Tanggal 8 November 2016, pagi itu jam  alarm membangunkanku. Aku segera bersiap untuk berangkat ke Griya Patria di daerah Pejaten Jakarta Selatan.  Adikku, si anak tengah  juga bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ibu dan adik bungsuku sudah siap akanmengantar kami.  
Kami berangkat ke sekolah dahulu,sekalian mengantar adikku,  aku juga  akan berpamitan dengan Kepala Sekolah, Pak guru wali kelasku, teman-teman sekelasku dan juga guru-guru lainnya.  

Aku senang Kepala Sekolahku, Ms. Renita Yulianti mendukungku, beliau memberi izin aku ikut acara Konferensi Anak 2016 yang berlangsung selama 4 hari ini, jadi aku tidak masuk sekolah 4 hari. Guru wali kelasku, Mr. Oscar Hadisandjaja juga baik, beliau memberiku semangat. Teman-temanku juga senang mengetahui aku ikut Konferensi Anak. Teman-temanku sudah membaca tulisanku di Kompasiana tentang bagaimana aku bisa terpilih menjadi delegasi konferensi anak. Beberapa temanku ada yang bilang padaku bahwa tahun depan ia akan mencoba membuat karya tulis agar bisa terpilih jadi delegasi konferensi.

Aku berpamitan dengan Kepala Sekolah, Pak guru walikelasku dan teman-teman sekelasku. (Foto: dokpri)

Aku juga berpamitan ke guru-guru di sekolahku. (Foto:dokpri)

Perjalanan dari Kelapa Gading menuju Griya Patria di daerah Pejaten membutuhkan waktu dua jam,  pagi itu macet sekali di mana-mana.  Saat kami sampai, sudah banyak peserta konferensi dan pendamping di sana. Pendamping yang datang boleh orang tua peserta ataupun guru. Andriansyah, peserta dari Makasar didampingi gurunya. Nabillah peserta dari Jakarta juga di damping gurunya. Aku dan banyak peserta lainnya didampingi orang tua.

Di hari pertama ini, kak Najwa Shihab menjadi pembicara. Beliau adalah Duta Baca Indonesia yang bertugas keliling Indonesia untuk menularkan virus membaca kepada anak-anak di Seluruh Indonesia. 

“Buku adalah teman terbaik, tidak ada teman yang lebih setia dari buku. Mereka memberi kita ilmu, tapi kita tidak  memberi buku apa-apa. Jika kita menyakiti buku, buku itu tidak mungkin bergerak dan membalas kita kembali. Karena itu buku disebut teman yang paling setia.” Itu kata-kata kak Najwa yang paling kuingat.

Peserta Konferensi Anak berfoto bersama Duta Baca Indonesia, kak Najwa Shihab (foto: dok. red Bobo)

Setelah makan siang, para peserta konferensi harus berpisah dengan para pendampingnya. Wah saat itu sedih juga rasanya aku harus berpisah dengan ibu dan adik bungsuku. Selama 4 hari aku akan jauh dari ayah, ibu dan adik-adikku. Ibuku menyemangatiku agar aku jangan menangis,  tabah, sabar dan gembira, penuh semangat bersama peserta lainnya.
 Hari itu kami juga mendapat ilmu dari kak Imelda Naomi tentang berbagai macam buku bacaan, misalnya tentang buku encyclopedia, buku pelajaran, novel, dan lain-lain.

Oh ya para peserta di hari pertama ini juga dibagi beberapa grup lho, dan tiap grup punya kakak pendamping. Aku ada di grup yang didampingi oleh kak Allan.

Aku bersama pembimbingku selama konferensi, kak Allan (Foto: Dokpri)

Pada hari kedua, kami para peserta konferensi  pergi naik bus untuk diajak ke perpustakaan pribadi milik Bapak BJ Habibie, Presiden Indonesia yang ke 3. Kami berjumpa dengan Pak Ilham Habibie, anak sulung Pak Habibie. Saat kami memasuki perpustakaannya, kami semua terkagum-kagum  melihatnya. Perpustakaannya besar dan banyak sekali buku-buku di sana tersusun sangat rapi. Melihatnya, aku jadi ingin membuat perpustakaan seperti itu bila besar nanti.

Kami berfoto bersama Pak Ilham Habibie di perpustakaan milik Pak Habibie. Ribuan buku tersusun rapi di sana. (Foto: dok.red Bobo)

Di hari kedua ini, selain Pak Ilham Habibie yang menjadi pembicara, ada juga pak Sutanto dan kak Muthia. Kami berkunjung ke Rumah Tujuh A Lebak Bulus, di sana Pak Sutanto Windura mengajarkan cara membaca efektif dan teknik mind map agar mudah menghapal.  Ada 4 cara membaca efektif, yaitu membaca sekilas cepat, membaca biasa, membaca berirama, membaca dengan pertanyaan. Nah menurutku cara paling gampang untukku adalah membaca dengan pertanyaan. Sangat mudah dalam membantuku menghapal pelajaran selama ini.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline