Lihat ke Halaman Asli

Lipur_Sarie

Ibu rumah tangga yang mencintai alam

Glipang : Salah Satu dari Sekian Banyak Kearifan Lokal Negeri Ini

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13795660591146650238

[caption id="attachment_267308" align="aligncenter" width="516" caption="Tari Glipang dalam acara pernikahan (ft. by Putri)"][/caption]

Glipang merupakan salah satu potensi Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Tarian tersebut adalah karya dari KH. Buyah sekitar tahun 1918 dengan motif sekaran-sekaran beladiri pencak silat seperti tendangan maupun tangkisan dan tari. Glipang merupakan tari kelompok yang menggambarkan kegagahan prajurit atau pemuda yang sedang latihan perang. Walaupun tarian tersebut termasuk tarian putra, tapi tidak menutup kemungkinan bisa ditarikan oleh perempuan asal bisa memenuhi pakem-pakem, kaidah-kaidah atau aturan-aturan tari putra gaya Jawa Timur.

[caption id="attachment_267309" align="aligncenter" width="516" caption="Tari Glipang dengan pola lantai yang berbeda (ft. by Putri)"]

1379566224817438240

[/caption] Iringan tari Glipang adalah ketipung lanang wadon, jedor, rebana, kecrek dan vokal pria. Pementasan diawali dengan barisnya para penari yang menggunakan busana iket, baju dan celana dengan asesoris seperti pangkat, sampur dan gongseng ( gelang kaki ).

Seperti kesenian tari lainnya, Glipang juga mengalami nasib yang sama. Dipandang sebelah mata, dianggap kuno dan seolah - olah terlindas oleh jaman. Akibatnya banyak generasi muda yang tidak lagi mengenalnya. Padahal jika ditengok ke belakang, Glipang merupakan salah satu tontonan yang digemari anak-anak sampai orang tua dalam banyak kesempatan. Namun, sampai saat ini tari Glipang masih bisa dijumpai pada acara hajatan, seperti pernikahan ataupun khitanan dengan ragam gerak dan pola lantai yang lebih tergarap.

Tari Glipang salah satu kesenian tradisional yang musti dilestarikan. Karena mengandung nilai-nilai kearifan lokal, antara lain nilai moral, nilai perjuangan, nilai hiburan, nilai religi dan estetika. Untuk mengantisipasi kendala-kendala yang ada, perlu kiranya tarian tersebut diperkenalkan kepada masyakat melalui sanggar-sanggar tari, lembaga pendidikan dan pariwisata. Supaya tarian tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya dari waktu ke waktu.

Salam budaya...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline