Lihat ke Halaman Asli

sarah rahmania salsabila

mahasiswa universitas negeri surabaya

Budaya Membaca Kritis Mencegah Hoaks

Diperbarui: 25 Maret 2024   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seiring dengan berkembangnya teknologi di dunia ini banyak sekali informasi yang disalahgunakan. Penyebaran informasi yang salah sangat mudah dilakukan apalagi di zaman sekarang teknologi semakin canggih, semua bisa kita lakukan dengan internet. Mereka yang hanya sekedar melihat informasi itu tanpa membaca keseluruhan isi ikut terjerumus ke dalam hoax. Bebasnya akses penyebaran informasi di zaman sekarang membuat berita hoax cepat beredar. Mereka yang terjerumus terpancing emosi yang menimbulkan dampak negative. Fenomena hoax saat ini banyak ditemukan di media sosial. Penggunaan media sosial yang kini sebagai media informasi sudah mulai meresahkan masyarakat dengan tersebarnya berita hoax secara bebas. Dari jumlah pengguna internet 129,2 juta pengguna memiliki akun media social yang aktif dan pengguna internet rata-rata menghabiskan waktu sekitar 3 jam per hari untuk konsumsi internet melalui telepon selular. (dewangga:2017)

Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan terhadap hoax adalah dengan budaya literasi. Dengan perbanyak literasi kita bisa menelusuri kebenaran berita itu. Untuk memperkuat keyakinan informasi kita bisa meningkatkanya ke dalam level membaca kritis. Dengan membaca kritis kita tidak hanya sekedar membaca. Membaca kritis bertujuan untuk memahami makna teks secara mendalam dengan mengaplikasikan proses berpikir kritis, menganalisis, dan mengevaluasi isi teks. Adapun cara dalam membaca kritis sebagai berikut:

  • Memahami teks
  • Sebelum ke level membaca kritis, pembaca harus mampu memahami dan mengerti teks terlebih dahulu. Dengan demikian bisa melanjutkan ke level membaca kritis yang lebih komprehensif. 
  • Melacak logika teks
  • Yang dimaksud dengan logika teks adalah kemasukakalan teks. Pada tahap ini pembaca mencari tahu argumen utama teks dan melihat apakah konsisten, tidak tumpang-tindih, dan lengkap isinya. Dengan demikian dipertanyakan apakah gagasan utama setiap paragraph saling berhubungan satu dengan yang lainya.
  • Mencari bukti-bukti pendukung
  • Pada tahap ini pembaca mencari tahu bukti apa saja yang digunakan. Jika memang ada bukti apakah buktinya cukup kuat, dipercaya, dan dapat memperkuat argumen.
  • Mengevaluasi teks
  • Pada tahap ini pembaca menganalisa seberapa baik teks ini membangun argumenya secara keseluruhan. Apakah argumennya meyakinkan? Dan contoh yang diberikan valid?
  • Mencari asumsi-asumsi di balik teks
  • Selanjutnya pembaca melacak apakah ada asumsi terselubung di balik teks. Diperlukan kepekaan, kepekaan akan muncul dengan setelah melalui latihan pengalaman membaca yang cukup.

Dengan sikap kritis ini diharapkan bisa menjadi langkah positif agar tidak terpengaruh terhadap penyebaran berita hoax. Kita harus lebih teliti dalam menerima informasi saat ini dan menjadikan diri kita masing-masing sebagai salah satu penegak pencegahan berita hoax.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline