Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Maukah Anies Baswedan Berubah?

Diperbarui: 15 Januari 2020   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan (The Jakarta Post)

Selang dua minggu Ibukota dan sekitarnya terendam, banjir Jakarta diawal tahun 2020 nampaknya masih menghantui Anies Baswedan. Setelah warga yang menjadi korban banjir ramai-ramai menggugat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan ganti rugi yang mereka alami. Anies Baswedan kini menghadapi preseden buruk prihal kepemimpinannya dalam mengantisipasi datangnya dan pasca musibah banjir.

Tepat hari Selasa siang, 14 Januari 2020 sekelompok massa berkumpul untuk berunjuk rasa didepan Balai Kota DKI Jakarta. Massa terhimpun dari dua kubu yaitu massa yang pro dan massa yang kontra Anies Baswedan. 

Massa pro Anies yang diikuti oleh Militan Anies Baswedan dan Organisasi Masyarakat Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Bang Japar) berkumpul untuk mendukung Anies dan Pemprov DKI Jakarta agar terus fokus menangani banjir.

Sedangkan massa kontra yang diikuti gerakan Suara Rakyat Bersatu menilai Anies tidak bisa menanggulangi banjir di Ibukota dan mendesak agar Anies mundur dari posisinya sebagai Gubernur. Atmosfer kedua kubu sempat memanas, namun Polisi segera sigap agar tidak terjadi bentrokan susulan lebih lanjut.

Menanggapi hal diatas Penulis nilai cukup menarik, seperti Penulis pernah katakan sebelumnya bahwa sosok Anies Baswedan memang menjadi magnet bagi siapapun terlepas dari apa kepentingan dibelakangnya. Bila diibaratkan artikel, Anies layaknya Headline namun sayang isi artikel tidak sebombastis judulnya.

Terkait massa yang menginginkan Anies Baswedan lengser dari jabatannya dan massa yang mendukung Anies Baswedan ada satu poin dimana menurut Penulis keduanya tidak menyuarakan apa yang masyarakat inginkan dari sosok Anies. 

Acapkali dua kubu yang mengemukakan sesuatu yang bertolak belakang, satu pihak mengelukan dan satu pihak mencemoohnya. Layaknya air dan minyak yang tidak bisa disatukan, yang pada akhirnya menghadirkan sosok Anies Baswedan yang kualitas kepemimpinannya (selama kurang lebih 2 tahun menjabat Gubernur DKI Jakarta) begitu-begitu saja.

Pokok utamanya ialah bahwa Anies Baswedan seperti hidup di dunianya, ia berbuat semaunya, bertindak seperlunya, tidak berupaya mendengar, dan gemar mengemukakan narasi-narasi yang kurang tepat.

Walau segelintir anggota TGUPP dan rombongan ASN dibelakangnya serta tanpa Wakil, Anies seperti kebingungan menterjemahkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh warga Ibukota. Alhasil triliunan besarnya APBD Jakarta nampak minim manfaatnya, Ibukota sedikit bersolek namun masih dengan segudang permasalahannya. Sebagai seorang yang didambakan untuk memimpin Jakarta, Anies Baswedan datang dengan ide dan inovasi tetapi tidak dengan solusi.

Mungkinkah warga DKI Jakarta salah memilihnya? Mungkin, namun bilamana Anies lengser maka apa ada jaminan yang menggantikannya akan lebih baik? Nasi telah menjadi bubur dimana masih 2 tahun lebih Anies tetap akan menjabat sebagai Gubernur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline