Lihat ke Halaman Asli

Reno Dwiheryana

TERVERIFIKASI

Blogger/Content Creator

Non Aktifkan Akun Facebook? Terlambat...

Diperbarui: 23 Maret 2018   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: www.techspot.com

Gaung "hapus akun Facebook" lambat laun kian terdengar seusai dugaan terbongkarnya skandal pencurian atau bocornya data personal pengguna Facebook oleh firma analisis data, Cambridge Analytica. Skandal ini seolah mengguncang dunia bukan saja karena menyangkut keamanan data pribadi pengguna tetapi lebih dikarenakan kaitannya dengan raksasa media sosial Facebook yang dinaungi oleh Mark Zuckerberg. Imbas dari terungkapnya skandal ini bagi Facebook sangatlah telak, sentimen negatif skandal tersebut dikabarkan membuat nilai saham Facebook merosot tajam yang mengakibatkan kerugian mencapai puluhan triliun Rupiah.

Menanggapi skandal tersebut Mark Zuckerberg selaku CEO Facebook telah membuat permohonan maaf berikut mengakui bertanggungjawab secara terbuka melalui kanal media sosialnya atas dugaan Cambridge Analytica telah memanen data kurang lebih sekitar 50 juta pengguna Facebook secara ilegal guna membantu tim kampanye Donald Trump memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016. Akan tetapi langkah yang Mark Zuckerberg lakukan ini menurut Penulis murni lebih dikarenakan alasan bisnis semata guna menekan merosotnya nilai saham Facebook lebih jauh.

Dibalik skandal tersebut, apa yang menarik menurut Penulis ialah bagaimana cara Cambridge Analytica menyusupi sistem keamanan Facebook. Langkah yang bisa dikatakan brilian dimana mereka menyarukan diri sebagai aplikasi pihak ketiga (umum aplikasi ini banyak beredar di Facebook) yang meminta akses informasi data pengguna. Lantas dimana hebatnya?

Secara kinerja aplikasi yang Cambridge Analytica layaknya rangkaian psikotest yang dikirimkan secara berkala kepada pengguna dengan dalih sebuah survey. Pengguna yang mengakses (mengisi survey) melalui aplikasi tersebut secara tidak sadar telah memberitahukan seperti apa kepribadian mereka dan bahkan mungkin turut pula membagikan (men-share) aplikasi tersebut ke pengguna yang lain.

 Data-data hasil survey yang telah terkumpul kemudian diolah kembali oleh sistem untuk membentuk skema yang digunakan untuk mempengaruhi pengguna sesuai kepribadiannya kaitannya dalam Pemilihan Presiden tahun 2016 di Amerika. Sistem ini sebenarnya serupa dengan konsep sistem analisis yang digunakan oleh penggiat media sosial untuk bisnis ataupun promosi, dimana sistem mengolah data prilaku pengguna pada media sosial yang kemudian diolah menjadi rekomendasi berupa informasi, apps, maupun lainnya.

Yang menjadi pertanyaan Penulis sekarang adalah mengapa skandal ini mengundang kehebohan publik? Bukankah terlepas bocornya data pribadi pengguna Facebook bahwa para pengguna sebenarnya sudah mengumbar kepribadian melalui postingan di beragam jejaring sosial? Seolah tidak ada lagi kata privacy karena kesemua hal terkait pengguna diumbar, ibarat orang sedang di toilet pun diunggah ke medsos. Gaung menonaktifkan Facebook mungkin dapat Penulis katakan terlambat disebabkan privacy yang diribut-ributkan sebenarnya jika ditelaah kembali telah lama tiada.

Skandal bocornya data pengguna Facebook hingga saat ini masih diselidiki oleh pihak berwenang, oleh karena itu publik sepatutnya tidak perlu risau menanggapi maraknya pemberitaan yang beredar termasuk hingar bingar agar ramai-ramai menonaktifkan akun Facebook pribadi. Gaung yang mungkin diindikasikan bahwa ada kepentingan didalamnya atau sebuah upaya untuk menjatuhkan Facebook, dengan demikian para penggunanya beralih ke media sosial yang lain. Kalau sudah begini, siapa yang bisa menjamin bahwa data pribadi anda benar-benar aman? Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Artikel terkait : Konspirasi Intelejen dan Spionase Cyber




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline