"Anak-anak lebih banyak belajar dari apa yang orangtua lakukan, bukan dari apa yang orangtua katakan."
--- James Baldwin
Pengasuhan anak bukan hanya soal memberi makan dan menyekolahkan. Ia adalah seni membentuk manusia sejak dini---dengan cinta, komunikasi, dan kehadiran. Dalam paparan dari BKKBN, kita diajak merenungkan ulang dua hal penting: cara bicara kepada anak dan peran ayah dalam pengasuhan.
Tanpa Teriak, Anak Bisa Hebat
Psikolog Sukmadiarti Perangin-angin menyampaikan bahwa teriakan bukan solusi, melainkan sumber luka psikologis. Data BKKBN menunjukkan bahwa 7 dari 10 orang tua pernah membentak anak saat emosi. Padahal, bentakan bisa menurunkan rasa percaya diri, memicu mode "fight or flight", dan membuat anak meniru perilaku agresif.
Pengasuhan positif bisa dimulai dengan:
- Melatih kecerdasan emosi anak
- Komunikasi empatik (mendengar untuk memahami)
- Bahasa cinta: sentuhan, waktu berkualitas, afirmasi
"80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya."
--- Daniel Goleman
Ayah ASI: Ngurus Anak Juga Berdua
Kampanye Ayah ASI mengusung pesan sederhana tapi revolusioner: "Bikinnya berdua, ngurus anaknya juga berdua." Ayah bukan sekadar pencari nafkah, tapi juga pengasuh, pendidik, dan pelindung.
Keterlibatan ayah terbukti:
- Meningkatkan stabilitas emosi anak
- Mengurangi perilaku negatif
- Meningkatkan kemampuan sosial
Namun, tantangannya nyata:
- Norma gender tradisional
- Minimnya cuti ayah
- Lingkungan kerja yang tidak fleksibel
- Maternal gatekeeping dari ibu
Solusinya? Modul pelatihan Ayah ASI, edukasi daring, dan kebijakan kerja ramah ayah.