Lihat ke Halaman Asli

Salsa Kamilah Insani

Universitas Pendidikan Indonesia

Mural sebagai Media Komunikasi

Diperbarui: 12 Agustus 2022   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Mural adalah lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur (Susanto, 2002 : 76). Mural juga berarti lukisan yang dibuat pada permukaan dinding, yang tidak langsung sama dengan lukisan. Perbedaanya terletak pada persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh lukisan dinding, yaitu keterkaitannya dengan arsitektur / bangunan, baik dari segi desain (memenuhi unsur estetika), maupun usia serta perawatan dan juga dari segi kenyamanan pengamatannya (Susanto, 2002 : 76).

Mural juga sebagai wadah penyalur saran, ide, gagasan, dan kritik. Mural terdapat goresan, dapat menimbulkan kejadian yang bisa dituju pada aspek linguistik. Unsur mural ialah tukisan serta simbol teratur berdasarkan isyarat menggambarkan tingkah laku tersendiri, keyakinan serta sikap tersendiri. Setiap amanat yang ada pada mural terdapat dua takaran arti, yaitu arti yang dijelaskan sebagai implisit dibalik permukaan tampilan gambar dan makna yang dijelaskan secara eksplesit dipermukaan

Seni mural menjadi media komunikasi yang disampaikan melalui cara visual. Seperti yang diungkapkan Obed Bima Wicandra dalam penelitiannya yang berjudul “Berkomunikasi Secara Visual melalui Mural di Kota Yogyakarta”. Obed memandang mural dapat menciptakan komunikasi secara visual dengan lebih estetis pada masyarakat guna membentuk peradaban kota yang lebih baik melalui pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Dalam konteksnya sebagai media komunikasi visual maka gambar-gambar mural ini selalu diupayakan untuk terhubung dengan realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Dokpri

Dokpri

Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang diselenggarakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia yang bertemakan Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDGs Desa dan MBKM dengan tema yang telah diberikan kepada kelompok kami yaitu wilayah tanggap budaya. KKN ini juga merupakan sarana peningkatan berswadaya, gotong royong, self planning, self action, serta self evaluation dalam upaya pembangunan masyarakat.

Demi mewujudkan tema yang telah diberikan kami kelompok 32 KKN yang berlokasi di Kelurahan Ledeng berusaha untuk menyampaikan pesan melalui visual yaitu melalui mural.  Di mural ini kami berusaha menyampaikan pesan untuk menjaga kawasan Ledeng itu sendiri terutama kawasan RW 03 yang akses utama untuk masuk kedalamnya harus melewati TPS, tetapi karena TPS sendiri memiliki tampilan dan kesan yang kurang baik, maka dari itu dibuatlah mural di kawasan tersebut dengan gambar gunung gunung yang biasa terlihat di kawasan Bandung Utara, salah satunya yaitu Gunung Tangkuban Perahu yang bisa menggambarkan dan memiliki pesan bahwa keasrian dan keindahan wilayah tersebut. Selain gambar gunung, kami kelompok 32 juga menuliskan kata kata  semboyan dari Karang Taruna Ledeng yaitu “Tihiji Ngahiji Sawargi” yang diharapkan ketika membacanya warga menjadi ingat dan menerapkan semboyan tersebut.

Sebelum kegiatan mural ini dilakukan kami juga melibatkan Karang Taruna setempat untuk turut andil dalam kegiatan bersih bersih dan gotong royong sebagai gambaran budaya Indonesia, gotong royong ini bertujuan agar kawasan lebih bersih dari sampah yang berserakan.

Diharapkan dengan adanya mural yang telah dibuat kelompok 32 ini warga Kelurahan Ledeng bisa lebih peduli terhadap kebersihan dan merawat mural tersebut agar tetap cantik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline