Lihat ke Halaman Asli

Salma

Guru Bimbingan Konseling - Kepala SMP Darussalam Kandanghaur

Guru Sejati dan Guru Aspal

Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"GURU SEJATI DAN GURU ASPAL"

Oleh: Salma, S.Psi., M.Pd.I.

Guru SMP Darussalam Kandanghaur Kab. Indramayu

 

Sudah diketahui, bahwa dipastikan seorang guru menjadi berwibawa bagi murid. Namun, dalam kenyataan ada "Guru Sejati dan Guru Aspal". Apa itu?

 "Guru sejati" adalah guru yang benar-benar mengabdi kepada masyarakat tanpa memperdulikan imbalan dan tunjangan yang dijanjikan oleh negara, sedangkan "guru aspal"  adalah guru yang hanya memikirkan tentang uang, mengajar dengan seadanya, tidak bersifat mendidik dan mengajar karena mereka hanya menjadikannya formalitas untuk bekerja saja. Guru memang butuh kesejahteraan dan kemakmuran, dan salah satunya diperoleh dari gaji atau honor. 

Disisi lain, dengan adanya sertifikasi, menjadikan guru aspal salah niat dalam mengajar. Yang seharusnya itu menjadikan semangat untuk mencerdaskan anak bangsa, namun justru malah mengejar uangnya saja. 

Guru sejati selalu punya semangat untuk murid-muridnya, seorang guru yang baik dapat menjadi pendengar serta pemberi solusi yang baik untuk muridnya, seperti dalam setiap percakapan atau diskusi di dalam kelas, guru yang baik memiliki kemampuan mendengarkan dengan seksama, sebaliknya guru aspal hanya menjadikan muridnya sebagai pendengar setiap celotehan mereka, tanpa mau tahu bahwa murid-muridnya mengerti atau tidak tentang penjelasannya, guru seperti ini tidak akan mengajari muridnya bagaimana caranya mengemukakan pendapat disetiap pembelajaran, karena hanya guru yang berbicara di dalam kelas tanpa adanya suatu motivasi dan tujuan yang jelas untuk para muridnya, menurut guru itu sendiri "yang penting murid-murid sudah mendapat materi dan saya sudah mengajar". 

Dilihat dari kemampuan tentang pengetahuan mengenai kurikulum, guru aspal hanya belajar dari buku yang dia baca, hanya membaca dan mengerti apa yang dibaca, kemudian asal memberikan ilmu seadanya kepada muridnya, dibanding dengan guru sejati jauh berbeda, dari cara guru itu mendapatkan ilmu dan bagaimana membagikannya. Berdasarkan dari survey, guru sejati mempunyai kemampuan menguasai pengetahuan tentang kurikulum, tidak hanya dari buku yang mereka baca tetapi juga dari pengalaman mereka mengajar dan mengikuti pelatihan-pelatihan serta terjun langsung kedalamnya.

Menurut masyarakat citra seorang guru itu sudah pasti disegani dan dihormati oleh semua orang, karena guru itu telah mengabdi kepada masyarakat dan mencerdaskan anak bangsa, tetapi masyarakat tidak mengetahui secara langsung tentang bagaimana kualitas sang guru yang ada dilingkungan mereka, apakah guru yang ada disekeliling mereka adalah guru yang memiliki kualitas baik atau hanya kualitas seadanya. 

Kebanyakan masyarakat tidak terlalu memperdulikan tentang kualitas guru yang ada di zaman sekarang ini, yang penting anak mereka sekolah di sekolah bagus dan bergengsi tanpa tahu bagaimana kualitas pengajarnya, contohnya seperti kasus yang pernah gempar terjadi di salah satu sekolah ternama di Jakarta tepatnya di JIS (Jakarta International  School). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline