Lihat ke Halaman Asli

Hr. Hairil

Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Ramalan Usia Kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta

Diperbarui: 21 Oktober 2017   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : 1001-Kisah Islami dan Tribunnews.com

Dalam sebuah kepemimpinan, terdapat berbagai macam silang pendapat. Tentang perjalanan kepemimpinan, tentang kinerja, tentang pengukuran perkembangan yang tercapai secara progresif atas kendali pemerintahan yang didominasi kepentingan umum. 

Berita media, dengan tema ramalan yang berbeda-beda telah disuguhkan kepada pembaca sebagai publik yang turut mengikuti perubahan lewat informasi dimedia sosial. Pembaca sebagai publik ini memiliki identitas sebagai Warga net.

Berita ini tidak terlihat provokatif atau mereduksi nilai-nilai yang lain sebagai tujuan utama menyampaikan kepada publik tentang sejauhmana output dari sebuah perjalanan kepemimpinan publik. 

Perjalanan ini, akan menjadi masukan baik dalam bentuk saran, gagasan-gagasan kritis, serta evaluasi publik itu sendiri. Namun tulisan yang ada didepan pembaca sekarang jauh dari bahasaan tentang polemik kata "Pribumi" yang sebagai mana orang sedang mengklaim.

Sayangnya, banyak pemberitaan dengan tema sedikit ekslusif dan lebih mengarah pada peramalan atau keinginan sekelompok orang bahwa pimpinan publik dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta yang baru saja dilantik akan berhenti ditengah jalan disebabkan karena tidak mampu mengendalikan kepemimpinan atau bisa dengan bahasa sederhana, takut tidak kuat dalam menerima tantangan. 

Seperti biasa, itu peramalan yang sifatnya hanya sebagai gagasan tidak baku tentang banyak hal. Dalam melihat tema pemberitaan seperti ini, dapat kita ketahui bahwa sebenarnya bukan sebagai ramalan saja melainkan ada sebuah harapan serta keinginan orang dan kelompok tertentu pada kegagalan di tangan Gubernur DKI Jakarta.

Bisa jadi, tema-tema seperti ini benar merupakan keinginan, lebih-lebih harapan untuk kegagalan agar segera terjadi dalam waktu dekat. Dikemas seperti sebuah konspirasi yang juga sebenarnya ada deretan skenario didalamnya, lelu menggembar-gembor sisi tanggungjawab dan tugas orang lain. 

Individu atau Kelompok-kelompok tertentu ini, mengamini ramalan dengan gencar melakukan konspirasi lewat media terlihat efektif. Sebab publik selalu mengikuti, bukan saat ini saja. Jauh sebelum publik lebih jeli membaca hal ini, provokasi dalam bentuk berita media cukup tenar. 

Soal apa yang diberitakan itu merupakan hal wajib. Menjadi problem adalah konsumsi publik. Media berita saat ini tidak hanya di baca oleh orang pintar, cerdas, para elit atau praktisi saja. Media berita telah diakses oleh para nelayan dan petani sekalipun. Ini zaman teknologi. 

Sehingga bisa disimpulkan bahwa ini merupakan skenario semata. Selayaknya publik yang awam, ini sama saja dengan perilaku belum bisa move on dari gejolak-gejolak politik pada masa kemarin, tapi publik juga tidak ikut sakit dalam menjudge atau pun meramal apalgi sampai menginginkan kegagalan seorang pemimpin. 

Untuk mengetahui apakah itu serupa ramalan atau skenario untuk provokasi, simak tema berita dan isinya selalu menjudge urusan privasi seorang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline