Lihat ke Halaman Asli

Wahyuni Susilowati

TERVERIFIKASI

Penulis, Jurnalis Independen

Calon Insinyur Usia 9 Tahun dan IQ Tinggi Bukanlah Karunia Terbesarnya

Diperbarui: 15 November 2019   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laurent Simons dan kedua orangtuanya (doc.Eurovizyon/ed.Wahyuni)

Jika tak ada aral melintang, maka sebentar lagi rekor dunia lulusan universitas termuda bakal diambil bocah lelaki asal Belgia Laurent Simons (9) dari Michael Kearney yang menjalani wisuda di University of Alabama saat berusia 10 tahun pada 1994 (Interesting Engineering, 12 November 2019).

Laurent mengawali jenjang SMA-nya pada usia 6 tahun dan memimpin sebuah proyek penelitian di Academic Medical Center (AMC) di Amsterdam saat merasa bosan karena terlalu gampangnya pelajaran di sekolah. Dia hanya butuh setahun untuk lulus  dari sana dan melanjut pendidikan ke Eindhoven University sejak Maret 2019 lalu. Laurent hanya butuh 9 bulan untuk mencapai tugas akhirnya yang hampir rampung. Bila dia sukses diwisuda sebagai insinyur bidang kelistrikan, maka dia akan memecahkan rekor dunia sebagai lulusan S1 termuda.

Laurent yang memiliki IQ 145 memiliki minat yang sangat bervariasi dari matematika sampai obat-obatan, diapun memiliki ingatan fotografis yang membuatnya mampu menguasai berbagai materi dalam hitungan hari saat anak-anak lain butuh 10 minggu untuk itu. Belakangan dia asyik mengulik cara kerja komputer.

Mentornya Peter Baltus (59), seorang profesor terkenal di Universitas Eindhoven, menyatakan bahwa sangat aneh melihat seorang anak kecil berada di antara mahasiswa berusia 20-an. Dia berpikir kolaborasi mereka akan sedikit canggung, namun Peter segera menyadari bahwa dia dapat berbincang dengan Laurent  sama seperti dengan mahasiswanya yang lain.

"Terkadang saya lupa bahwa dia masih sangat muda sampai anak berusia sembilan tahun itu datang untuk memberi tahu saya bahwa dia berhasil menyolder sebuah chip  setelah mencoba berkali-kali," kata Peter.

Terlepas dari semua prestasi spektakulernya, Laurent tetaplah sosok bocah normal yang gemar menghabiskan akhir pekan bersama kakek-nenek dan bermain dengan anjingnya. Matanya berbinar saat bercerita tentang cintanya pada binatang. Tetap cemberut saat menghadapi hidangan makan malam yang tidak disukainya.

"Dia sama keras kepala sama seperti anak sembilan tahun lainnya ketika dia tidak suka makan malam. Dan itu sering terjadi! "Kata ibunya.

Kecepatannya dalam menyelesaikan jenjang-jenjang pendidikan membuat kebanyakan temannya berusia lebih tua. Dia tidak suka kepanduan dan olahraga, bahkan ayahnya menyatakan bahwa dia tidak pernah tertarik bermain dengan teman-temannya. Dia juga tidak suka mainan, satu-satunya hal yang membuatnya tertarik adalah bagaimana mainan itu bekerja. Namun dia suka sekali menatap bintang-bintang.

Laurent, dalam kesempatan sebuah wawancara radio setempat, menyatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk menjadi dokter bedah atau astronot. Namun, dalam wawancara lain dengan sebuah surat kabar; dia menyatakan tak sekedar memulihkan jantung yang sakit, Laurent pun ingin bisa membuat jantung baru untuk mengganti jantung lama yang rusak.

"Tujuan saya sebagai ilmuwan adalah bisa memperpanjang masa hidup manusia. Kakek-nenekku penderita sakit jantung dan saya ingin menolong mereka." Papar Laurent.

Apapun yang menjadi cita-cita Laurent samasekali tidak dipermasalahkan oleh kedua orangtuanya. Sang ayah menyatakan bahwa meskipun Laurent memutuskan untuk menjadi seorang tukang kayu bukan masalah karena kebahagiaan Laurent adalah prioritas nomor satu mereka. Keduanya kini sudah mulai mencari jalur pendidikan baru yang akan ditempuh putra mereka untuk memuaskan dahaganya akan belajar. Laurent nantinya bakal memilih rencana pendidikan paska sarjana yang disukainya selepas wisuda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline