Lihat ke Halaman Asli

Aku di Kampung Halaman dan Aku di Perantauan

Diperbarui: 3 Desember 2022   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Mungkin tak penting menceritakan tentang diri kita kepada orang lain. Tapi kali ini saya akan menuliskan tentang saya --tapi rasanya juga setiap yang saya tulis itu adalah tentang saya, atau berdasarkan pengalaman, heheh. Okkey, kita lupakan saja hal itu, tak perlu memperpanjang bahasannya.

Jadi, sebelumnya saya pernah menuliskan di story Whatsapp saya, kurang lebih seperti ini tulisannya.

"Nampaknya ada perbedaan antara Saadah ketika di rumah dan di perantauan. Insyaallah nanti saya cerita di kompasiana.com."

Itu seperti janji yang telah saya buat dan harus saya tunaikan, betul kan?

Jadi apa gerangan yang menjadi perbedaan antara Saadah ketika di rumah dan Saadah ketika di perantauan. Saadah di rumah banyak makan, di perantauan sedikit makan, heheh. Bukan, bukan itu yang hendak saya ceritakan. Tapi memanglah di perantauan ini mesti banyak-banyak berhemat. Di perantauan itu jauh dari saudara, jauh dari keluarga, jauh dari Mamah Bapak. Mesti pandai-pandai jaga diri, pandai-pandai mengatur segalanya.

Naah.., jadi yang ingin saya ceritakan adalah ....

Selama tinggal di rumah dan sejenak meninggalkan tempat perantauan dikarenakan pandemi, saya belajar mengendarai motor. Sedikit demi sedikit bisa lah yaa. Sudah cukup bisa, setidaknya saya bisa membawa diri saya sendiri.

Namun, tetap saja ketika di rumah kala itu, jika ada keperluan keluar rumah misal ke mini market yang memang harus menggunakan motor, tetap saja ingin diantar oleh myBapak. Padahal sudah bisa kan naik motor sendiri. Atau kalau tidak diantar, paling menunggu kapan waktu Bapak akan berbelanja. Ya.., di rumah yang berbelanja keluar itu Bapak bukan Mamah, belanja ke pasar, ke mini market. Semua Mamah percayakan ke Bapak. So sweet kaaan? Hihi.

Dan aku, tentang aku ketika di rumah, jujur tak suka belanja keluar, heuheu. Meski sekedar ke warung tetangga. Dan alhamdulillah nyaa.., Mamah dan Bapak sudah tahu ini sehingga setidaknya aku tak jadi anak durhaka karena menolak perintahnya atau mengatakan 'ah' karena disuruh pergi ke warung. Akan tetapi beda ceritanya kalau keadaan tersedak, eh terdesak. Ya pastilah dengan segenap keikhlasan hati --meski sedikit dipaksa- wayahna harus melaksanakan perintah. Dan kalian tahu apa yang terjadi ketika aku keluar rumah, misal ketika ke warung?

Ada saja yang keheranan dan bertanya sejak kapan aku ada di rumah. Tak apa lah mungkin, jika itu ditanyakan ketika aku baru satu atau dua bulan ada di rumah. Ini sudah hampir satu tahun bahkan lebih, aku ada di rumah, masih saja ada yang bertanya sejak kapan aku ada di rumah.

Sungguh memang ini lah aku ketika di rumah, ketika di kampung halamanku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline