Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Zasriansyah

Tulislah Sejarah itu dengan Benar dan Jangan Mengada-ada apalagi dengan Tafsiran yg tidak dapat dipertangungjawabkan. Sejarah suatu negeri carilah dimana sejarah itu lahir dan bukan diluar daerah yg mana belum tentu kebenarannya.. Ryan Zasriansyah

Mengenang Perjuangan Pue Tandalonggo Randalemba

Diperbarui: 29 Agustus 2019   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara historis pemerintah kolonial Belanda mulai berkuasa di lembah Palu sejak ditaklukannya Kerajaan Palu sebagai wilayah taklukan pada tahun 1888 di tandai dengan penandatanganan perjanjian pendek (korte velklaring) oleh Magau Jodjokodi. 

Sejak saat itu daerah yang berada disekitar lembah palu melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda . sebut saja lembah sigi yang menyatakan perang terhadap kolonial Belanda.

Pada tahun 1901 ketika Pimpinan dan marsose belanda mendatangi Ngata Pewunu dengan memberikan beberapa kebijakan  dan memerintahkan kepada seluruh masyarakat di Pewunu agar mentaati peraturan yang telah dibuat oleh Kolonial Belanda. Pada kenyataannya malah reaksi keras yang ditunjukkan oleh Pue Tandalonggo bersama rakyat untuk menolak semua permintaan dari pihak kolonial belanda. 

Mendengar hal ini pihak kolonial belanda sangat geram dengan tingkah laku yang ditunjukkan oleh masyarakat  pewunu pada saat itu sehingga mereka mengancam akan datang kembali untuk menghancurkan desa pewunu.

Pue Tandalonggo Randalemba yang lahir di Pewunu pada tahun 1866 merupakan anak dari Randalemba dan Sambite lemba menjadi tokoh penting dari peristiwa perlawanan rakyat yang berada di lembah Sigi khususnya pada Perang Waturalele. Gerakan perlawanan ini sebagai bentuk untuk menolak kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh kolonial belanda. 

Dengan berjiwa ksatria dan gagah berani Pue Tandalonggo bersama rakyat  menyatakan bahwa mereka tidak mau dibawa perintah pihak asing kolonial belanda.

Perlawanan awal dimulai dari perang tujuh hari tujuh malam di tiga desa yaitu Desa Kadupuna, Desa Tanggona, dan Ngata Papu. Pue Tandalonggo bersama barisan rakyat  menunjukkan kepiawaian dalam strategi taktik perang gerilya yang banyak menewaskan marsose belanda pada masa itu. Bahkan dari sumber yang mengatakan bahwa perang yang dipimpin oleh Pue Tandalonggo membuat daerah-daerah lain yang ada disekitar  lembah Sigi ikut menyatakan diri berperang melawan Belanda.

Pada perang-perang lainnya disebutkan bahwa Pue Tandalonggo ikut terlibat  dengan tujuan mengusir belanda dari lembah Sigi. Pemerintah belanda yang berpusat di Palu dibuat  geram oleh Pue Tandalonggo bersama barisan rakyat yang tidak ingin lembah Sigi jatuh ke tangan belanda.

Peristiwa Heroik yang paling terkenal adalah perang Waturalele yang mana banyak memakan korban dari pihak belanda sehingga dalam 3 Tahun air sungai wera tidak dapat di konsumsi sebab begitu banyaknya pasukan marsose belanda yang terbunuh dan dibiarkan begitu saja oleh para marsose lainnya. Perang gerilya ini dimulai dari desa Balumpewa, Waturalele, Raranggonau, dan kampung Rano hingga sampai ke Sarudu.  

Berbagai aksi perlawanan yang ditunjukkan Pue Tandalonggo semakin membuat pihak kolonial belanda untuk segera mengambil tindakan dengan menangkap Pue Tandalonggo Randalemba bersama rakyat yang terlibat dalam peristiwa berdarah yang menewaskan banyak marsose belanda di gunung Waturalele. Rencana Penangkapan ini disebutkan dalam berita di zaman kolonial Belanda pada bulan Desember Tahun 1910.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline