Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Tabungan Ramadhan Solusi Beban Keuangan, Warisan Kakek dan Belajar Dari Pendagang Nasi Kuning

Diperbarui: 28 Mei 2018   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kang Yana pedagang nasi kuning di Sungailiat ( foto Rustian)

Belajar dari Kang Yana pedagang nasi kuning, lontong sayur dan nasi uduk yang sehari - hari membuka dagangan di kawasan Kuliner Mandiri di jalan A. Yani Sungailiat,  kabupaten Bangka dalam mengatur keuangan ketika Ramadhan bisa menjadi pembelajaran. 

Sepanjang tahun Kang Yana yang sudah 14 tahun merantau dari Sumedang, Jawa Barat ke Sungailiat mengelarkan dagangan selama 11 bulan setahun. Sedangkan 1 bulan Yana tidak berjualan adalah saat Ramdhan. Menurut Yana, ia tidak jualan sebulan penuh dibulan Ramadhan hingga selesai Idul Fitri baru kembali menggelar dagangan.

Selama 11 bulan, Yana menabung untuk Ramadhan guna memenuhi kebutuhan puasa dan Idul Fitri selama tidak berjualan. Mengatur keuangan seperti ini bisa juga ditiru dengan membuat tabungan Ramadhan, yakni kegiatan menabung  selama 11 bulan dari keuntungan berjualan nasi kuning, nasi uduk dan lontong sayur. 

“Keuntungan selama 11 bulan berjualan cukup untuk memenuhi kebutuhan selama puasa dan Idul Fitri,” kata Yana.

Apa yang dilakukan Yana mengingatkan kepada Sosok Kakek saya, ia selalu menabung untuk persiapan Ramdhan dengan jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan puasa dan Idul Fitri. Saya menyebutnya dengan tabungan Ramadhan ini bisa menjadi solusi agar bisa membuat perencanaan dalam pengelolaan keuang ketika puasa sehingga tidak terjadi pemborosan namun dapat memenuhi kebutuhan ketika puasa sesuai dengan dana tabungan yang tersedia.

Apa yang dilakukan Yana dan kakek saya itu, untuk mengurangi beban karena banyaknya keuangan yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan puasa. Tidak hanya Yana, namun juga beberapa pengusaha makanan lainnya terutama warung makan Padang yang ada di Sungailiat, tempat saya tinggal saat ini kebanyakkan tutup selama Ramadhan dan baru buka setelah Idul Fitri. Mereka pasti menabung untuk kebutuhan Ramadhan sehingga meskipun tidak melakukan aktifitas berjualan namun tetap memenuhi kebutuhan saat puasa dari tabungan Ramdhan.

foto Rustian al ansori

Nasi Kuning Kang Yana (foto Rustian)

Lontong sayur Kang Yana (foto Rustian)

Selama bulan puasa dalam pengeluaran keuangan, harus dilakukan pengaturan dengan baik bila tidak akan membengkak pada akhirnya setelah Idul Fitri terbebani hutang. Ramadhan sebenarnya juga mengajarkan solidaritas, rasa kepedulian sosial diantaranya melalui zakat, fitra, infaq dan sadaqoh yang akan disalurkan kepada yang berhak menerimanya.

Kalau ingat dengan sesama ummat yang belum beruntung, akan membuat keinginan makan berlebihan saat berbuka puasa dan makan sahur akan tertahankan karena ingat dengan saudara - saudara yang kekurangan makan. Ada baiknya makanan yang berlebihan itu dibagi tidak untuk dimakan sendiri, karena kebanyakan pada akhirnya makanan itu tidak habis dan terbuang. Kita diajukan untuk bersadaqoh. 

Belanja berlebihan saat puasa tidak ada gunanya, selain pemborosan juga mubazir. Belajar dengan Kang Yana, pedagang nasi kuning, lontong sayur dan nasi uduk asal Sumedang yang menabung untuk kebutuhan saat tidak berjualan ketika Ramdhan dapat ditiru untuk Ramdhan berikutnya. Tabungan Ramadhan selama setahun  yang terkumpul untuk memenuhi kebutuhan puasa, bisa mengontrol pengeluaran sehingga tidak boros. Ini bisa jadi solusi, kesulitan keuangan saat puasa. Perencanaan yang benar akan membuat pengeluaran keuangan tidak salah. Selamat mencoba.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al Ansori




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline