Lihat ke Halaman Asli

Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)

TERVERIFIKASI

Guru SD, Penulis buku

Aqiqah dan Selapanan Bayi, Budaya Jawa yang Bernuansa Islami

Diperbarui: 9 Oktober 2025   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggunting rambut bayi saat acara aqiqahan. Dokumen pribadi

Selapanan adalah slametan bayi yang berumur 35 hari. Bagi orang Jawa selapanan adalah hal yang harus diperingati. Hal ini bertujuan mendoakan bayi agar diberi keberkahan dan kemanfaatan. Selain itu bersyukur karena lahir dengan selamat dan diberi kelencaran dalam persalinan.

Namun selain adat Jawa sebenarnya dalam Islam juga disunahkan mengadakan aqiqah di hari ke tujuh.  Rasulullah menganjurkan saat anak lahir,  orang tua memberikan nama yang baik, menyembelih domba di hari ke tujuh.

Dari Samuroh bin Jundub, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya dan diberi nama." (HR. Abu Daud no. 2838, An Nasai no. 4220, Ibnu Majah nol. 3165, Ahmad 5/12. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Hadis di atas menerangkan kepada kita bahwa dianjurkan untuk mengadakan aqiqah di hari ke tujuh dengan menyembelih kambing, mencukur rambut bayi dan memberikan nama yang baik.

Menujuk hadis di atas saya pun melakukan hal yang menjadi anjuran Nabi tersebut, yaitu melakukan walimatul aqiqah pada cucu saya namun tidak pada hari ke tujuh. Tepatnya saya lakukan pada hari ke 35. Biasanya orang Jawa mengatakan selapanan.

Mengapa selapanan

Karena saya orang Jawa, maka saya mengombinasikan aqiqah dan selapanan.  Bagi orang Jawa selapanan bayi merupakan adat yang tidak boleh ditinggalkan. Biasanya bayi dislameti supaya slamet.

Sederhananya, keluarga membagikan masakan dengan khas urap kepada tetangga sekitar. Nah, kesempatan baik ini sekaligus saya laksanakan aqiqah. Dalam aqiqah itu disunahkan mencukur rambut bayi, dan memberikan nama yang baik.

Acara berlangsung dengan meriah tanda syukur keluarga bahwa kami mempunyai keluarga baru. Acaranya dilaksanakan malam hari. Kita mengundang tetangga sekitar untuk bersama-sama mendoakan bayi agar hidupnya kelak bermanfaat untuk agama dan bangsanya.

Tak lupa acara dibuka dengan mahalul qiyam, atau pembacaan sholawat Nabi. Saat pembacaan sholawat itulah Ayah si bayi menggendongnya sambil mendekatkan bayinya kepada tamu yang dianggap tokoh atau Kyai untuk menggunting rambut si bayi.

Begitu seterusnya satu-persatu kyai dan tokoh masyarakat diberi kesempatan untuk menggunting rambut si bayi. Hingga sholawat selesai, dan selesai sudah acara gunting rambut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline