Lihat ke Halaman Asli

Rudy W

dibuang sayang

Kini Miskin dan Lapar, Timor Leste Pasti Menyesal Mengapa Dulu Berpisah dari NKRI

Diperbarui: 3 Maret 2021   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi menyambut kedatangan PM Timor Leste (matamatapolitik.com)


Jika tidak ada yang diperbandingkan lagi, maka Republik Demokratik Timor Leste (dahulu Timor Timur) bisa dinobatkan sebagai negara yang belum pernah "melihat dunia".

Setelah berdiri sendiri, diterimanya mereka sebagai anggota ASEAN yang ke 11 pada tahun 2011 itu dikatakan mereka sebagai sebuah mimpi. Mereka diakui sebagai sebuah negara. Pada saat itu, ASEAN dipimpin oleh Indonesia.

Hingga saat ini mereka masih berjuang untuk menjadi sebuah negara. Perekonomian mereka masih gonjang-ganjing, mereka juga lapar.

Ketika Portugis menguasai Pulau Timor, Belanda datang ke Nusantara. Singkat kata, Portugis dan Belanda menggelar kesepakatan di antara mereka. Kesepakatan itu adalah, yang sebelah barat dimiliki Belanda, sedangkan yang sebelah timur menjadi bagian Portugis.

Secara keseluruhan Portugis sudah menduduki Timor sejak abad ke 16. Dihitung dari era Perang Dunia ke II, pada 20 Pebruari 1942 Jepang menyerbu Pulau Timor (Belanda dan Portugis, barat dan timur).

Pasukan sekutu (Belanda, Inggris, Australia) serta merta bersiaga melawan pasukan Dai Nippon.

Terhitung di sinilah penderitaan penduduk Timor Timur mulai terasa. 

Mantan Perdana Menteri Timor Timur Xanana Gusmao mengungkapkan kembali, bahwa Australia sudah mengorbankan nyawa 60.000 orang Timor. Pernyataan mantan tokoh Fretilin itu dimuat di koran The Sidney Morning Herald tanggal 9 April 2010.

Beberapa pihak mengatakan korban jiwa sejumlah itu bisa dicegah jika Australia tidak melibatkan penduduk Timor Timur yang dijadikan tameng untuk menghindari jatuhnya korban di pasukan Australia, saat diserang oleh Jepang.

Tentara Australia yang jumlahnya tidak lebih dari 700 orang berhasil mengamankan diri dari serbuan Jepang lantaran mereka menjadikan penduduk Timor Timur sebagai tameng. Yang menjadi korban malahan 60.000 nyawa penduduk Timor Timur.

Susan Connelly, seorang suster dari St. Joseph, yang menghabiskan waktunya selama 17 tahun di Institut Studi Timor Leste Mary MacKillop menulis dalam artikelnya di eurekastreet.com, menjelaskan maksud kedatangan Australia itu ke wilayah Timor Timur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline