Lihat ke Halaman Asli

Rudy W

dibuang sayang

Relawan Minta Jokowi Reshuffle Kabinet 9 September, Ini Alasannya

Diperbarui: 31 Agustus 2020   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jokowi dan hak prerogatif (news.detik.com)


Informasi yang disampaikan pada Minggu (30/8/2029) oleh Ali Nugroho, Ketua Umum Barak Join (Barisan Penggerak Rakyat Jokowi-Amin) tentang siapa saja Menteri yang bakal direshuffle atau dirotasi cukup menarik perhatian publik.

Ali mengatakan ada tiga Menteri yang bakal dicopot jabatannya dan digantikan dengan yang lainnya dengan alasan tertentu.

Ketiganya Ali menyebutkan nama-nama seperti Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri ATR/BPN Sofyan Djalil.

Selain nama-nama itu, Ali juga menyebutkan nama Luhut Binsar Pandjaitan yang sekarang menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Menurut Ali, nama Luhut dicoret di kertas yang dikantongi Jokowi, tetapi dia akan tetap menjadi Menteri. Dengan kata lain Luhut cuma dirotasi dan menjadi Menteri sekelas Menko.

Apa alasan yang mendasari prediksi Barak Join tersebut?

Seperti diketahui, kemarahan Presiden pada Sidang Kabinet beberapa bulan lalu dikarenakan adanya beberapa pembantunya yang bekerja kurang maksimal dan memuaskan terkait penanganan pandemi Covid-19,  menyebabkan Jokowi ingin menggunakan hak prerogatif nya.

Angin berhembus kencang, sempat beredar beberapa nama di seputaran siapa saja nama-nama yang bergulir (yang bakal diganti, dirotasi, atau pun penggantinya). Namun, perombakan yang menarik perhatian itu masih tertunda.

Survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukkan kalau masyarakat ingin mengadakan reshuffle. Kepuasan mereka kepada pemerintah cenderung menurun.

Survei Charta Politica pada Pebruari 2020 memperlihatkan kepuasaan masyarakat kepada pemerintah pusat mencapai 70,7 persen.

Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif CPI (Charta Politica Indonesia) menjelaskan kepuasan pada angka 70,7 pada Pebruari itu anjlok di bulan Mei menjadi hanya 58,8 persen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline