Lihat ke Halaman Asli

Rudi Darma

pemuda senang berkarya

Bencana dan Kemanusiaan Tanpa Syarat

Diperbarui: 2 Desember 2022   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Banyak orang yang menaruh perhatian pada bencana Cianjur karena dampaknya yang sangat luar biasa terutama dari jumlah korban yang mencapai 321 orang belum termasuk yang hilang. Belum lagi sarana dan prasarana yang rusak akibat gempa itu.

Perhatian dan simpati datang dari berbagai kalangan. Pemerintah dinilai sudah tepat dalam menangani gempa itu. Sarana kesehatan, makanan dan minuman, tempat pelindung sementara serta alat-alat berat memang sudah datang di lokasi untuk menangani para korban dan memperbaiki yang rusak.

Dari semuannya itu ada kisah menarik dari apa yang dilakukan oleh Gusdurian Peduli yang berkolaborasi dengan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Cianjur yang mengupayakan bantuan bagi warga terdampak di wilayah Cianjur (Jawa Barat). Bantuan itu berupa sembako, lyanan kesehatan kepada warga terdampak dan menghibur anak-anak korban yang mengalami trauma.

Kegiatan seperti ini layak untuk ditiru bukan soal Gusdurian dan Gereja tetapi karena cara yang dilakukan mungkin bisa diterima oleh banyak pihak. Kita mungkin sudah mendengar soal penolakan beberapa pihak terhadap non islam yang memberi bantuan berupa tenda namun tenda itu akhirnya rusak karena aksi pencopotan logo dan tulisan donatur. Sang pemberi bantuan memang adalah gereja dan label gereja itu ada di setiap tenda bantuan. Akibatnya setelah label bertuliskan gereja dicopot, tenda tidak bisa dipakai lagi karena bocor. Yang akhirnya menderita adalah para korban gempa.

Aksi pencopotan ini tentu saja kita sesalkan karena bantuan seperti ini sebenarnya adalah soal kemanusiaan. Seperti tertulis pada Pancasila : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Salah satu adab manusia adalah saling tolong menolong dan peduli apapun latar belakang sosial, warna kult dan keyakinan.

Gus Dur juga pernah berkata bahwa jika dia bukan sesamamu dalam iman tapi dia adalah sesama dalam kemanusiaan. Beliau juga berkata bahwa kemanuiaan harus dibela tanpa syarat.

Saya bukan Gusdurian tetapi ada makna yang dalam dalam ucapan Gus Dur itu. Kita tahu bahwa Gus Dur bukan adalah tokoh yang punya banyak ajaran yang memandang manusia seutuhnya lepas dari sekat-sekat perbedaan. Tak heran jika banyak pihak menamainya sebagai bapak Pluralisme Indoensia; dimana pemikiran-pemikirannya melampaui apa yang kita pikir dan melampaui juga visi kita soal kegidupan dan kebangsaan.

Karena itu apa yang dilakukan oleh Gusdurian dan GKI menurut saya adalah tepat karena bagaimanapun banyak pihak akan tergerak dengan kerja-kerja kemanusiaan tanpa memandang sekat dan latar belakang. Karena kerja kemanusiaan itu lintas iman, lintas Lembaga, lintas komunitas.

Kita tentu ingat saat Indonesia mengirimkan bantuan kepada India yang  kala itu dirundung musibah karena angka pasien Covid-19 yang naik sangat signifikan setelah warga melakukan upacara agama di Sungai Gangga. Indonesia yang mayoritas warganya beragama Islam, peduli dengan India yang warganya mayoritas Hindu. Dunia termasuk India sangat menghargai sikap Indonesia itu. Cinta kasih harus dibangun untuk semua pihak.

Ormas perusak label gereja di gempa Cianjur harus belajar makna kemanusiaan dari aksi kolaborasi Gusdurian- GKI ini. K

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline