Lihat ke Halaman Asli

rudi kafil yamin

Mahasiswa yang tak kunjung berkarya

Cerpen | Sepasang Mata yang Lain "Alina"

Diperbarui: 28 Desember 2019   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IG: Catatan Kafil

Hari itu tiba, dimana air mata sudah tidak bisa diseka kembali. Air mata yang jatuh, membuat hati menjadi lebih tabah dalam menerima kenyataan. Hari-hari yang tidak dinginkan kini menjadi kenyataan, kenyataan yang memaksa kita kemabli mengeja pada makna kata cinta.

Hari-hari yang ramai berubah menjadi hari yang begitu sepi, yang kemudian menjadi sunyi hingga pada akhirnya mati. Denting kesunyian adalah denting kematian yang membawa manusia berada pada bagian yang paling dalam dan tak pernah bisa dieja oleh kata-kata seperti bagaimana musim dingin itu tiba ia melenyapkan segala kehidupan menjadi dingin dan mengigil.

Di akhir pekan, dimana hari mengakhiri bulan disitu pula engkau mengakhiri rumah yang hendak kita bangun. Rasanya memang begitu berat disamping berbagai masalah yang datang kau tiba dengan mata dan hati yang tertutup sambil mengucapkan perpisahan. Perpisahan adalah hari dimana kenangan itu dikubur, ditikam, dihancurkan dalam satu makna perpisahan dalam satu waktu pula.

Kendati, rumah yang kita bangun hampir sedikit lama menjadi rumah yang kosong, 3,8 tahun menjadi angka yang usang dan tak memiliki makna apalagi harapan! Celakanya, yang ada dalam pikiranku hanyalah kau!

Sejak perpisahan itu, aku kembali teringat hari-hari yang pernah kita lewati, jalanan yang pernah kita lalui juga pula puisi-puisi yang pernah kita amini. Bahkan, Puisi Rindu yang di tulis oleh Subagio kini menjadi kenyataan, Rumah itu menjadi asing, Jendela, Kursi Atau bunga di Meja menjadi sunyi kemudian menyayat seperti belati. Aku masih ingat pesanmu yang begitu singkat namun sarat akan kepedihan.

"Ada baiknya kita udahan dengan mengakhiri rumah yang hendak kita bangun, aku udah gakuat dengan sikapmu, selamat tinggal Argi " .

Pesan yang singkat itu Argi simpan selama satu hari, ia diami karena tau hari-hari perpisahan telah tiba. Sambil mengurusi beberapa persyaratan yang hendak Argi lakukan untuk mengikuti ujian akhir sidang Munaqosah.

Argi merasa bahwa perjuangan itu tiba-tiba lenyap begitu saja, setelah melewati beberapa waktu yang hampir cukup lama perpisahan itu tiba pada waktu yang tidak begitu tepat.

Sebelumnya, Argi dan Alina adalah pasangan yang tidak disangka-sangka sebab kedekatan dua pasangan itu tak pernah diketahui oleh siapapun bahkan kerabat mereka sendiri dan mungkin pasangan yang tak pernah di kehendaki oleh siapapun, namun itulah cinta sebuah pepatah bahwa Tuhan itu adil membuat mereka pernah bersama. 3,8 Tahun adalah waktu yang terbilang begitu lama untuk umur sebuah hubungan yang masih berstatus pacaran Argi dan Alina pun menjalani itu.

Pada tahun terakhir hubungan antara Argi dan Alina, di awal tahun 2019 Alina sudah memberi tanda bahwa perpisahan itu mesti dilakukan dalam tempo yang secepat mungkin, namun Argi adalah seorang pejantan tangguh yang dapat mampu menahan Alina dari hari perpisahan itu.

Sebab Argi tau bahwa Alina adalah wanita yang benar-benar ia sayangi. Alina sempat merasa jenuh dengan hubungannya karena sifat Argi yang terkadang terlalu berlebihan dalam menyikapi apapun ditambah percakapan yang bisa dikatakan usang selalu dilakukan oleh Argi kepada Alina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline