Mohon tunggu...
rudi kafil yamin
rudi kafil yamin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa yang tak kunjung berkarya

Bergaya dengan karya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sepasang Mata yang Lain "Alina"

28 Desember 2019   11:20 Diperbarui: 28 Desember 2019   11:22 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Selamat Pagi, Lagi Apa, Udah Makan Belum, Ke Kampus Ga?, Pulang Mau Bareng?, hingga ditutup dengan Selamat Malam Semoga Mimpi Indah" 

Kurang atau lebih seperti itulah percakapan antara Argi dan Alina yang terus menerus dilakukan oleh Argi. Menurut Alina, Argi sendiri sudah menjadi seorang cowok yang membosankan dan tak pernah melakukan sesuatu yang membuat Alina bahagia atau merasa terhibur dengan kehadiran Argi belum lagi dengan sifat Argi yang selalu berlebihan dalam mengatur kehidupan Alina, semisal dengan berbagai larangan untuk pergi dengan siapa, cara berpakaian seperti apa, dan hal-hal lainnya.

Pada faktanya Alina merasa jenuh dan tidak lagi merasa nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Argi. Alina pun masih hendak mempertahankan rumah yang hendak dibangun sebab Alina masih mempunyai rasa itu namun rasa yang hari ini Alina rasakan rasanya begitu samar-samar.

Kelengangan hubungan antara Argi dan Alina tiba pada saat mereka berdua hendak pergi ke kota Kediri. Sebelumnya mereka berniat untuk belajar dan liburan di salah satu desa yang terkenal di Indonesia yaitu Kampung Inggris Pare. Argi dan Alina tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi di desa itu yang mereka ketahui bahwa desa itu merupakan tempat yang mampu membuat mereka menjadi lebih baik lagi dalam belajar bahasa.

Namun, pada faktanya desa itu memiliki mitos yang begitu kuat. Bagi orang-orang yang sudah pernah berkunjung ke Kampung Inggris Pare sebuah jargon pare jahat merupakan hal yang paling tabu untuk dibicarakan pasalnya itu merupakan sebuah pernyataan sikap dari mereka yang pernah tersakiti atau disakiti.

Bagi sebagian orang, desa itu terkenal sebagai tempat belajar bahasa namun bagi mereka yang sudah singgah dan menetap, desa itu merupakan sebuah desa yang menakutkan karena selalu memberikan kisah yang tak pernah mereka kehendaki. Argi dan Alina tak mengetahui dengan bahaya apa yang akan tiba pada hubungan mereka.

Argi dan Alina berangkat menuju Kediri dengan menggunakan kereta jenis Kahuripan dan naik di statsiun Kiaracondong pada pukul lima pagi, waktu yang terlalu dini bagi mereka untuk mengawali sebuah kisah yang pada akhirnya harus diakhiri. Sesampainya disana, Argi dan Alina pergi ke sebuah Camp.

Camp adalah sebutan tempat tinggal bagi mereka yang hendak menetap beberapa waktu disana. Argi dan Alina pun masuk disalah satu camp yang berada di jalan Asparaga karena sebelumnya Argi mendapatkan informasi dari Arab teman dekatnya di kampus untuk belajar di daerah tersebut. Arab sendiri sudah pernah berkunjung ke pare pada tahun sebelumnya selama 2 bulan lebih dan tinggal di daerah jalan Asparaga dan bermukim di salah satu kost-kostan yang belum mempunyai nama, dan akhrinya Arab dan kawan-kawannya menamai kost-kostan itu menjadi Cicak Sawah. 

Sebelumnya Argi sempat menanyakan hal-hal apa saja yang ada di pare, kemudian Arab pun menjelaskan dengan begitu Khidmat tentang apa saja yang terjadi disana, seperti pagi yang selalu sejuk dan jauh dari kepulan polusi hingga menimbulkan embun pada ujung-ujung daun diarea itu, senja yang selalu hadir diatas bangunan cicak sawah, ladang jagung, dan beberapa perkebunan warga.

Selain itu banyak sekali tempat les bahasa yang hampir ada disetiap persimpangan jalan. Kemudian wisata kuliner yang tak menguras begitu banyak uang di saku hingga hal-hal yang paling Khidmat disana adalah bersepeda mengelilingi jalan asparaga, kemudian belok melewati jalan anyelir hingga menikmati paruh waktu sambil menikmati Tansu dengan ditemani gumpalan warna diatas langit yang menjadikan nya senja sambil ditemani kopi kapal api yang hitam pekat biar ke indi-indian.

Akan tetapi Arab tak bercerita sedikit pun tentang mitos Pare Jahat sebab Arab sendiri merupaka korban dari mitos tersebut. Kurang atau lebih, pare bukan lagi tempat ajang belajar bahasa jauh melampaui itu kini pare telah menyimpan segala kenangan, luka, penderitaan dan kebahagiaan dari mereka yang dipertemukan atau dipisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun