Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Kontroversi Beasiswa Khusus Perawan

Diperbarui: 13 Maret 2016   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Thubelihle Dlodlo paling kanan salah satu penerima beasiswa perawan. | Photo: AFP"][/caption]Bagi Thubelihle Dlodlo yang berasal dari distrik Uthukela yang berjarak 200 km dari kota Durban di pantai utara Afrika Selatan keperawanannya merupakan masa depannya yang sangat berharga. Dengan menunjukkan sertifikat keperawan yang dikeluarkan oleh pihak berwenang di wilayahnya, Thubelihle Dlodlo berhasil mendapat beasiswa dari pemerintah setempat untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Selama dia dapat menjaga keperawannnya, maka dia akan terus menerima beasiswa sampai menyelesaikan studinya di Pretoria university. Bagi Thubelihle Dlodlo yang berusia 18 tahun ini menempuh studi dengan biaya sendiri dapat dikatakan mustahil karena dia datang dari keluarga yang sangat miskin.

Thubelihle Dlodlo bukan satu satunya mendapatkan beasiswa keperawanan ini. Bongiwe Sithole yang kini berusia 32 tahun pernah drop out di perguruan tinggi karena tidak memiliki biaya lagi, dapat melanjutkan beasiswa lagi melalui bantuan beasiswa keperawanan ini.

Dengan usianya yang kini sudah mencapai 32 tahun, Bongiwe Sithole tercacat sebagai penerima beasiswa tertua dari 16 penerima beasiswa keperawanan lainnya.

[caption caption="Salah satu penerima beasiswa perawan. | Photo: CNN"]

[/caption]Kontroversi beasiswa keperawanan

Sebelum mendapat beasiswa, para penerima beasiswa keperawanan ini harus mendapatkan sertifikat keperawanan yang dikeluarkan atas dasar pemeriksaan keperawanan yang dilakukan oleh para tetua wanita yang ada di wilayah tersebut.

Sebagaimana diketahui di Afrika Selatan, menjaga keperwanan merupakan tradisi yang diterapkan oleh bayethe (tradisi Zuku king)

[caption caption="Untuk mendapatkan beasiswa para wanita harus mendapatkan sertifikat perawan dan mengikuti upacara keperawanan suku Zulu. | Photo: AFP"]

[/caption]Para aktivis hak azasi manusia dan aktivis wanita mengkritik keras tes keperawanan yang dikaitkan dengan pemberian beasiswa, demikian juga dengan metode tes keperawanan yang dilakukan.

Manggapi protes keras ini pihak pemerintah Uthukela mengatakan bahwa distriknya merupakan salah satu d wilayah yang angka kehamilan di kalangan remaja sangat tinggi. Disamping itu banyak sekali anak muda yang terjangkit HIV dan AIDS.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh AVERT, Afrika Selatan tercatat sebagai negara yang paling tinggi angka kejadian HIV di dunia dan sudah menjadi epidemik.  Sekitar 6,3 juta orang terjangkit HIV pada tahun 2013.

Dari hasil survey yang dilakukan pada tahun 2012 angka kejadian HIV mencapai dua kali  lipat jika dibandingkan dengan pria.  Bahkan angka kejadian HIV pada wanita usia 15-25 tahun angkanya 4 kali lipat jika dibandingkan dengan pria pada usia yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline