Lihat ke Halaman Asli

Kesehatan, Aset Paling Berharga Tetapi Kondisi Keuangan Tidak Kalah Berharga

Diperbarui: 16 November 2019   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: provokartun.com

Berdasarkan cara memperolehnya barang dibedakan menjadi barang ekonomi dan barang bebas. untuk memperoleh barang ekonomi diperlukan pengorbanan sementara untuk menikmati manfaat barang bebas tidak diperlukan pengorbanan misalnya oksigen (udara) dan cahaya matahari. 

Namun jika sakit barang bebas dapat berubah menjadi barang ekonomi misalnya saja oksigen yang biasanya dapat dinikmati di alam bebas ketika sakit akan berubah menjadi barang ekonomi yang harganya lumayan merogoh kocek ketika dinikmati dari tabung oksigen yang berada di rumah sakit dalam kondisi kesehatan yang tidak baik (sakit). 

Ini menjadi bukti bahwa sehat itu mahal. Uang tidak dapat menjamin kesehatan, meski jika memiliki uang kita dapat menikmati fasilitas kesehatan terbaik dengan harga mahal.  

Kesehatan  dan kondisi keuangan

Kesehatan dan kondisi keuangan sering sekali berbanding lurus dan saling mempengaruhi. Ketika kondisi kesehatan menurun, kondisi keuangan juga turut menurun karena harus membiayai biaya berobat. 

Nah.. sebaliknya juga, ketika kondisi keuangan menurun kondisi kesehatan juga dapat menurun karena berpikir keras dapat mengundang penyakit. Pikiran yang sehat mempengaruhi kondisi jasmani demikian sebaliknya. Disamping itu ketika kondisi keuangan menurun dapat mempengaruhi kondisi kesehatan karena berkurangnya kemampuan finansial untuk memenuhi gizi.  

Kesehatan  aset yang paling berharga meski kondisi keuangan juga tidak kalah berharganya. Jadi jika ingin menjaga aset yang paling berharga (kesehatan) kita juga harus pandai memanajemen keuangan.

Menjaga kesehatan.

https://www.therinkratdoes.com

"lebih baik mencegah dari pada mengobati" demikian bunyi slogan kesehatan yang populer. Menjaga lebih baik daripada mengobati. Saya menjaga kesehatan secara jasmani dan rohani. Kesehatan jasmani saya jaga dengan menerapkan pola hidup teratur. 

Teratur tidur (istirahat) selama 6-8 jam sehari, dan sepulang mengajar saya sempatkan istirahat siang 15-30 menit per hari. Kemudian teratur makan: sarapan pagi tidak pernah saya tinggalkan, menghindari makanan instan juga meyeimbangkan makan sayur dan buah, tidak lupa saya minum air putih minimal 1 liter sehari. 

Menurut saya menjaga kesehatan bukan berarti tidak boleh mencicipi makanan instan dan ketinggalan trend. Saya juga mencicipi makanan instan namun saya beri durasi, misalnya makanan junkfood maksimal 2 kali dalam sebulan, saya tentukan waktunya selebihnya saya makan makanan sehat. Makanan sehat itu tidak harus mahal malah makanan instan (junk food) lebih mahal dari sayuran hijau yang banyak diperjual belikan di pasar tradisional. Begitu juga dengan buah dan ikan-ikan segar. Sesibuk apapun, saya menyempatkan diri untuk memasak makanan rumahan yang sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline