Lihat ke Halaman Asli

Rori Idrus

Pemulung Hikmah

Gerakan Tidak Pamer Kekayaan dan Makanan di Media Sosial

Diperbarui: 25 April 2020   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil gambar olahan penulis

Hari ini beberapa kali saya melihat postingan teman di media sosial facebook yang isinya saya pikir menarik dan patut dijadikan refleksi nilai toleransi di masa pandemi Covid-19.

"Mendukung gerakan tidak pamer lauk sahur dan berbuka puasa dengan cara upload di media sosial (kecuali penjual) bantu saudara kita menahan beratnya ujian"

Hari ini seperti kita ketahui, dampak negatif ekonomi dari pandemi Covid-19 sangat dirasakan para pekerja sektor informal dan rakyat kecil, rakyat miskin di Indonesia.

Kini banyak orang sudah tidak punya penghasilan lagi, mencari nafkah sudah tidak bisa dilakukan karena adanya pembatasan interaksi dan mobilitas antar orang atau PSBB.

Bantuan sosial langsung tunai sebagai jaring pengaman sosial ekonomi pun tidak diterima secara merata oleh mereka yang terdampak Covid-19, bahkan di daerah sampai hari ini banyak yang belum tersalurkan.

Bagi mereka kaum urban perantauan di Jakarta misalnya, kini mereka dalam kondisi sulit, pekerjaan sudah tidak ada, sementara ingin pulang kampung pun sudah dilarang.

Mau berdagang juga sudah dilarang, bisa jadi banyak diantara mereka yang untuk makan sehari-hari saja sudah sangat kesulitan, pinjam tetangga sudah tidak dikasih lagi karena tetangga juga sama-sama dalam kesulitan.

Situasi tersebut seharusnya memang menggugah empati kita untuk tidak melakukan aktivitas pamer di media sosial, baik pamer kekayaan maupun sekedar pamer makanan sahur atau buka puasa.

Saya khawatir mereka yang terdampak Covid-19 mau makan sahur dan buka puasa tidak ada yang bisa dimakan lagi, kalaupun bisa cuma makan nasi pakai kerupuk atau garam saja.

Sementara kita yang berada, makan dengan berbagai macam lauk pauk mewah dan lezat yang kalau mereka melihat akan membuat mereka berkecil hati, membuat mereka tersakiti karena tidak bisa menikmati makanan mewah yang kita upload di media sosial.

Saudaraku, mari kita tunjukan rasa empati kita dengan melakukan gerakan tidak memposting makanan sahur dan buka puasa di media sosial demi menjaga perasaan saudara kita rakyat kecil, warga miskin yang terdampak Covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline