Lihat ke Halaman Asli

Ropiyadi ALBA

Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Subsidi Pulsa, Sebuah Solusi Permasalahan Pembelajaran Jarak Jauh

Diperbarui: 15 Agustus 2020   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : Dream.co.id

Salah satu yang masih menjadi kendala dalam kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah ketersediaan gawai dalam rumah tangga, sinyal internet, dan kuota internet. 

Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir mengatakan, pemerintah tengah mengkaji untuk memberikan subsidi pulsa bagi para tenaga pengajar dan murid dalam rangka mendukung Pembelajaran Jarak Jauh di tengah pandemi Covid-19. 

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika ( Menkominfo) Johnny G Plate mengatakan bahwa subsidi pulsa bagi para tenaga pengajar dan murid akan mulai digulirkan pada September 2020, dan rencananya akan diberikan selama empat bulan atau hingga Desember 2020.

Johnny G Plate juga mengatakan, sedang dibicarakan paket data sekitar Rp 7,8 Trilyun plus beberapa insentif lainnya, yang semuanya berada di bawah satuan kerja Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Kita patut memberikan apresiasi dari rencana pemerintah untuk memberikan subsidi pulsa kepada tenaga pengajar (guru/dosen) dan murid ini. Paling tidak hal ini sedikit mengobati "rasa dahaga" akibat kesulitan dalam aktivitas Pembelajaran Jarak Jauh. Namun besaran kuota yang akan diberikan per siswa sebaiknya juga diperhatikan dengan mempertimbangkan aspek proporsionalitas dan kebermanfaatan. 

Besaran kuota internet antara anak SD, SMP, dan SMA sebaiknya dibuat perbedaan dan secara gradasi meningkat berdasarkan jenjang pendidikan. Untuk meminimalisir penggunaan internet bukan untuk Pembelajaran Jarak Jauh, sebaiknya kuota internet dibagi dua. Kuota pertama untuk internet secara umum (untuk browsing, YouTube,Whatapps, dll), kapasitas kuotanya tidak perlu terlalu besar cukup 5-10 GB/bulan.

Sedangkan Kuota kedua untuk conference, seperti Zoom Meeting, Google Meet, Microsoft Meet. Kapasitas kuota untuk confrence harus lebih besar (antara 15-40 GB/bulan), karena akan memudahkan komunikasi "langsung" antara guru dan siswa dalam membahas sebuah mata pelajaran atau tema-tema tertentu.

Selain kuota internet, permasalahan Pembelajaran Jarak Jauh juga terletak pada belum meratanya jaringan internet di seluruh Indonesia. Meskipun kuoata internet sudah terpenuhi, kalau sinyal internetnya tidak ada atau putus-putus maka tetap menjadi masalah. 

Ternyata, kondisi pandemi covid-19 yang memaksa para guru dan siswa melakukan Pembelajaran Jarak Jauh, telah membuka mata kita bahwa setelah 75 tahun merdeka ternyata masih banyak daerah di Indonesia yang masih tertinggal dalam pembangunannya, baik infra struktur maupu supra strukturnya. 

Harus segera dipetakan daerah-daerah yang termasuk 3 T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Pemerintah daerah harus bekerja cepat dan bekerjasama dengan instansi terkait untuk segera membangun jaringan internet di daerahnya. 

Para penyedia jasa layanan komunikasi tidak boleh selalu berpikir business oriented. Mereka harus memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat dalam memberikan solusi permasalahan Pembelajaran Jarak Jauh ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline