Lihat ke Halaman Asli

Ronald Wan

TERVERIFIKASI

Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Iklan Digital dan Tradisional, Mana Lebih Unggul?

Diperbarui: 23 November 2017   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (http://www.thebrandgym.com)

Dalam melakukan suatu usaha, iklan adalah salah satu hal yang penting untuk dipertimbangkan.  Tidak usah berpikir terlalu jauh. Warung di perumahan misalnya, bisa mencetak brosur dan membagikannya ke warga sehingga semua tahu ada warung baru di perumahan mereka.

Tanpa iklan terkadang sulit untuk sebuah usaha untuk dapat dikenal. Iklan bukan hanya promosi yang dipasang di koran atau di TV dan radio. Promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut juga saya pikir juga merupakan iklan, misalnya makanan sebuah restoran enak sekali. Bisa juga karena layanan yang baik.

Iklan tradisional adalah metode pemasangan promosi yang ada sebelum era internet. Iklan di koran, brosur, majalah untuk media cetak. TV dan Radio dengan media yang berbeda. Juga spanduk dan billboard di pinggir jalan. Serta beberapa metode lain.

Dimulainya era internet metode untuk pemasangan iklan juga berkembang. Awalnya melalui email, kemudian berkembang iklan di situs, iklan di Facebook, iklan menggunakan pencarian kata Google dan terakhir iklan menggunakan media sosial seperti Instagram dan Twitter. Dalam suatu studi yang dilakukan oleh Trueimpact yang membandingkan efek antara iklan cetak (brosur yang dikirim ke alamat) dengan digital yang berupa email dan iklan di situs. Teknologi yang digunakan dalam studi ini adalah memonitor pergerakan mata dan mengukur gelombang otak.

Tiga hal yang diukur dalam studi ini adalah kemudahan dalam memahami, bagaimana iklan mempersuasi orang dan berapa lama subjek melihat ke konten iklan. Hasilnya adalah brosur lebih mudah untuk dipahami dan diingat. Ketika ditanya tentang merek yang diiklankan 70% dari penerima brosur bisa menjawab dibandingkan dengan 44% dari subjek yang memperoleh iklan digital.

Hal ini membuktikan  bahwa iklan tradisional tidaklah lebih buruk hasilnya dibandingkan dengan iklan digital. Keunggulan utama dari iklan digital menurut saya adalah interaksi sehingga bisa lebih terukur. Misalnya memasang iklan banner di Kompasiana, bisa terlacak berapa klik atau berapa banyak orang yang membuka tautan tersebut. Bahkan lebih detil lagi bisa dilihat berapa pengunjung unik dengan melihat alamat ip.

Jika kita fokus ke penjualan sebuah iklan digital bisa kita arahkan langsung ke situs penjualan sehingga dari iklan langsung barang bisa terjual. Perbandingan antara orang yang klik kemudian beli ini yang disebut conversion rate.

Conversion rate ini bisa dijadikan alat untuk menghitung biaya untuk menjual. Misalnya dari 1000 klik hanya 100 orang yang membeli berarti  conversion ratenya 10%. Sehingga jika biaya iklan adalah 1000 rupiah per klik maka biaya iklan adalah 10.000 rupiah per penjualan. Namun iklan digital jarang bisa mencapai 10% conversion rate.

Sangat terukur!

Iklan tradisional tidak bisa diukur dengan cara yang sangat sederhana seperti di atas. Salah satu cara untuk mengukurnya adalah dengan survei kepada pembeli, darimana mereka tahu tentang produk ini. Namun untuk memperkenalkan merek atau produk yang baru saya pikir iklan tradisional akan lebih terasa manfaatnya.

Sebagai contoh, jika sekarang saya tanya sebuah proyek properti yang sedang dibangun di Cikarang? Pasti semuanya akan menjawab M........ 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline