Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Adagium Politik: Mother of Hoax

Diperbarui: 20 April 2019   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar di sadur dari: zabou.me

Sebenarnya untuk membahas politik menjadi momok paling mengerikan bagi penulis, kecuali sudah terlampau gemas. Ya, politik dalam negeri selalu hangat untuk di perbincangkan terlebih pasca pemilihan calon Presiden serentak yang dilakukan warga negara Indonesia pada tanggal 17 April lalu. 

Namun sayangnya, saling hardik, saling benci, sampai ancaman people power secara terbuka mewarnai perhelatan pemilihan presiden tahun ini. Dan celakanya lagi, rakyat terus menjadi korban yang diracuni oleh pemikiran-pemikiran politik praktis yang tanpa disadari mulai menyebabkan retaknya nilai-nilai fundamental dalam lapisan bermasyarakat.   

Sejatinya, politik memang meng-halalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan sebagaimana dengan adagium-adagium politik yang sering kali kita dengar di media cetak maupun elektronik.

Secara umum Adagium atau dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) disebut pepatah / peribahasa, adalah sebuah susunan kalimat ringkas padat yang biasanya ditujukan sebagai ungkapan tentang prinsip atau aturan tingkah laku. Namun jika berbicara tentang adagium politik maka definisinya akan menjadi lebih spesifik dan dapat diartikan sebagai peribahasa dalam lingkungan politik.

Adagium politik yang paling sering tedengar dikehidupan social masyarakat indonesia adalah 

"tiada kawan atau lawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi,"

 Peribahasa ini seharusnya cukup untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa semua yang terjadi di panggung politik merupakan strategi yang dibangun sedemikian rupa agar para elit politik berhasil meraih tujuan akhirnya yaitu kekuasaan dan kepentingan.

Maka tidak heran, jika elit politik juga harus dipersalahkan atas perpecahan yang terjadi dalam kehidupan social masayarakat saat ini.

Moderninasi dan perubahan strategi politik

Tumbuhnya modernisasi ternyata merubah pola strategi dari politik praktis dalam negeri. Dulu, orang akan turun ke-jalan menyebar poster, flyer, dan berorasi secara berkala jika ingin mengumpulkan kekuatan massa dengan satu ideologi, namun sekarang cukup bersenjatakan keyboard, mouse, dan jaringan internet lalu membuat konten-konten negative yang dapat menjatuhkan lawan politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline