Lihat ke Halaman Asli

Menyemai Bibit Antikorupsi

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya, Rohani Elita Simanjuntak merupakan seorang guru muda disekolah Sutomo Medan. Bagi saya Mengajar adalah panggilan hidup dan visi Tuhan kepada saya. Namun selain mengajarkan pelajaran sesuai dengan bidang studi yaitu Bahasa Indonesia, saya juga terpanggil untuk mengajarkan pendidikan antikorupsi disekolah.

Pendidikan antikorupsi jelas sekali urgensinya. Berdasarkan data Transparency International 2014, Indonesia adalah Negara terkorup dengan peringkat 107 dari 175 negara. Kondisi ini tentu mengancam integritas para generasi muda.

Karena itu, disekolah, saya berusaha menyemai bibit antikorupsi dengan mengajarkan kesederhanaan serta kepuasan hidup (Contentment) dari hasil keringat yang halal. Cara ini efektif kepada siswa sebab Guru merupakan sosok ideal mengajarkan pendidikan antikorupsi. Bahkan peran ini semakin semangat saya kerjakan ketika dipercaya menjadi wali-kelas ditahun 2014. Sebagai wali-kelas, siswa yang diasuh akan memiliki kedekatan dengan saya. Lewat kedekatan ini, hati/pikiran siswa terlihat lebih terbuka menerima hal-hal baik dari gurunya.

Selain itu, sebagai wali kelas, saya sering bertemu dengan orangtua siswa. Biasanya orangtua datang kesekolah untuk mengurus keperluan anaknya dan ini kesempatan emas berbagi cerita terkait banyak hal terkhususnya pendidikan antikorupsi.

Sejatinya, banyak cara untuk melatih integritas. Sebagai pembelajaran etika, saya membuat rule of law bersama untuk melatih siswa taat asas. Siswa saya tanamkan fondasi menghargai karya dan usaha sendri agar tidak menjadikan nilai rapor dan kekayaan yang bukan hasil usahanya sebagai yang utama, sebaliknya mereka harus memahami bahwa etika moral, kejujuran dan integritas hidup adalah yang utama.

Ketika tidak mengerjakan tugas rumah misalnya, siswa diberi hukuman yang mendidik. Moral lesson seperti ini menjadi kesepakatan bersama yang disertai nasehat tanpa lelah kepada siswa.

Inilah yang saya terapkan disekolah. Saya ingin menjadi guru yang digugu dan ditiru (role-model). Sangat sulit tentunya, apalagi karena pengaruh buruk lingkungan maupun siswa lain, namun lambat laun saya yakin semua itu akan terpatri dalam jiwa mereka. Harapan-nya, ketika dewasa mereka akan menjadi agen-agen antikorupsi dimasyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline