Lihat ke Halaman Asli

Trik-trik Restoran Memperdayai Tamunya

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1344666002683746478

[caption id="attachment_206106" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: ja.wilkipedia.org"][/caption] Makan diluar sudah menjadi gaya hidup atau kebutuhan masyarakat kita. Terlebih dikota-kota besar, dimana kesibukan kerja, suami istri harus diluar rumah terus, kesempatan untuk kumpul keluarga untuk sekedar bersantap bersama jarang bisa dilakukan. Makan diluar tidak sekedar untuk mengisi perut, tetapi mencari suasana lain. Juga tidak selalu mencari yang murah, tetapi kita mencari tempat dan suasana yang menyenangkan, makanannya enak dengan harga yang pantas (reasonable). Pantas memang relatif, tetapi paling tidak ada kesesuaian antara rasa, kualitas dan harga yang harus dibayar serta masih terjangkau kantong kita. Kadang-kadang kita sedikit kecewa setelah selesai makan di restoran karena merasa telah membayar terlalu mahal untuk kualitas makanan yang telah kita makan. Bahkan lebih kesalnya lagi, sering kita tidak menduga akan semahal itu harga makanan yang harus kita bayar.

Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengajak beberapa teman makan disebuahrestoran masakan khas daerah yang cukup besar di daerah Jakarta Selatan. Pesanan makanan standar saja, seperti ayam bakar, gurameh goreng/bakar, sayur asem, pepes, lalab sambel, tempe, tahu. Ketika pesan saya memang mengecek harganya di daftar menu, namun hanya untuk main dish-nya (makanan utama) saja seperti ayam, udang, ikan. Sedang untuk makanan pelengkapnya seperti lalab, sambel, tempe, tahu dan minuman tidak saya lihat lagi harganya. Untuk harga makanan utamanya selintas tampak oke-oke saja masih wajar. Setelah selesai makan saya disodori bon yang cukup mahal. Saya perkirakan paling-paling tidak lebih dari Rp200,000, ternyata saya harus membayar hampir Rp300,000. Karena mengajak tamu, tidak enak berlama-lama memeriksa bon, langsung saja saya bayar, walaupun dengan sedikit curiga.

Sepulang di rumah saya coba cek lagi bon makanan. Dari macam dan jumlah makanan yang dipesan tidak ada kesalahan. Penjumlahan juga benar karena menggunakan mesin cash register. Saya teliti lagi dimana kira-kira yang membikin mahal,. Rupanya untuk sambal dalam cobek kecil saya barus bayar Rp5000,-, lalab Rp5,000,-, begitu pula sama untuk tempe goreng 2 potong atau tahu goreng, teh manis Rp6,000,- (waktu itu). Padahal untuk ayam bakarnya tidak lebih dari Rp10,000,, juga untuk ikan gorengnya hanya Rp20,000- an. Jadi ketika harga makanan utamanya wajar-wajar saja, untuk makanan pelengkapnya dipasang harga yang mahal.

Restoran sengaja melakukan trik ini dengan pertimbangan: Pertama, karena alasan persaingan tidak mungkin menaikkan harga ayam, ikan atau udang diatas restoran lain yang sejenis. Dengan demikian tidak akan dianggap sebagai restoran mahal. Kedua, restoran sudah bisa membaca psikologi pelanggan. Kita mempunyai kebiasaan kalau makan di restoran, setiap membaca menu tidak mengecek seluruh harga makanan yang ada. Kita cenderung hanya memeriksa harga-harga makanan utamanya saja dan take for granted kalau makanan utamanya murah maka makanan pelengkapnya pasti juga murah. Sah-sah saja restoran mau memasang harga berapa saja untuk makanan yang ditawarkan. Sekarang tergantung kita yang lebih bijak dan hati-hati sebelum memesan makanan.

Ada trik lain, yang sengat tidak etis, yaitu menambahkan harga makanan yang tidak kita pesan. Kalau tamunya teliti dan komplain ke kasir, maka kasir tidak akan menyangkal. Dia akan bilang, maaf pak/bu salah hitung dan segera dikembalikan kelebihannya. Sekali lagi restoran memang ahli psikologi. Umumnya tamu tidak akan memeriksa bon dengan seksama, khususnya kalau sedang menjamu rekan-rekannya atau dibayari kantor.

Tidak semua restoran melakukan hal-hal diatas. Banyak restoran yang justru memasang harga murah untuk makanan-makanan pelengkap, bahkan ada yang menggratiskan sambal, lalap, teh tawar. Untuk mereka hobi makan diluar tetapi masih menghargai value for money mungkin tulisan ini ada gunanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline