Lihat ke Halaman Asli

Kritik yang Humanis dan Dialogis, Ciri Khas Demokrasi Indonesia

Diperbarui: 31 Maret 2022   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                Sumber Foto: https://mediaindonesia.com

Pentingkah etika dalam menyampaikan kritik. Apakah demokrasi dapat mewadahi segala kritkan termasuk jika kritikan itu tidak bermoral-beretika. Apakah dalam berpolitik etika itu ditanggalkan karena semua orang harus berkompetisi dan tidak boleh baper?

Kepemimpinan Presiden Jokowi episode kedua yang sedang berlangsung sejak 2019 yang lalu hingga 2024 nanti rupanya menuai banyak kritikan dari berbagai macam kalangan. 

Ada kritikan yang datang dari partai oposisi seperti Demokrat, PKS yang sangat getol mengomentari kebijakan-kebijakan presiden beserta kabinetnya. Ada pula kritikan yang datang dari kaum aktivis, kaum akademisi seperti mahasiswa.

Kita tentu masih ingat kritikan tajam dari BEM UI beberapa waktu lalu yang mengatakan"Jokowi the King of lip service". Secara sederhana ungkapan asing itu diterjemahakan "Jokowi Raja pembohong". 

Pembohong karena lain yang diucapkan, lain yang dibuat. Ada juga kritik yang tidak mengatasnamakan aliansi atau institusi tertentu melainkan secara pribadi. Bahkan akhir-akhir ini muncul juga fenomena "mural" dalam bentuk tulisan-tulisan dan karitatur yang dibuat sedemikian rupa di mana di dalamnya berisi kritikan terhadap presiden dan pemerintah.

Di era Jokowi ini baik periode pertama maupun periode kedua kritikan memang sangat masif. Tak ketinggalan emak-emak juga turun ke jalan untuk berdemo. Bahkan presiden sendiri pun beberapa waktu yang lalu meminta untuk dikritik. 

Presiden dan kabinetnya sangat terbuka dengan kritikan-kritikan sejauh kritikan itu membangun dan tidak menyimpang dari etika serta nilai-nilai luhur-moral yang sudah lama membudaya di Indonesia. Karena bagaimana pun juga negara ini didirikan di atas nilai-nilai tersebut. 

Kritik adalah salah satu bentuk penyampaian aspirasi. Bahkan beberapa hari yang lalu dalam kunjungan ke Surabaya presiden Jokowi presiden Jokowi dikritik oleh seorang peternak ayam melalui sebuah poster sederhana. Meskipun sempat terjadi polemik atas peristiwa ini karena petugas keamanan yang reaktif berlebihan. 

Seminggu kemudian peternak ayam tersebut diudang oleh presiden ke istana negara untuk berdialog. Sebuah respon yang sangat santun dan humanis. Jokowi memang terkesan sangat humanis dan dialogis dalam menghadapi kritkan dari masyarakat.

Sikap politik-demokratis ala Jokowi ini seringkali dikonfrontasikan dengan era orde lama dibawah kendali Presiden Soeharto yang berkusa selama 32 tahun. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline