Lihat ke Halaman Asli

Rizki Ardi

Manajer Koperasi (open to work)

Ketika Kita Harus Menjadi Paling Tenang

Diperbarui: 27 Juli 2022   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

When life falling apart
When dream shattered
When adversity strikes
That's when you have to be the most calm

Pernah dengar pepatah "Nakhoda yang handal tak terlahir dari lautan yang tenang"?  Nakhoda yang tangguh lahir dari lautan yang penuh dengan badai dan topan. Beruntung sekali orang-orang yang Allah pilih untuk diguncang dengan berbagai ujian, cobaan, bencana. Entah itu badai yang tercipta karena kesalahannya sendiri, ataupun topan yang Allah buat untuk mengangkat derajatnya. Intinya, segala kesulitan, kepedihan, kegagalan sejatinya adalah hadiah dari Allah yang tidak Ia karuniakan pada semua makhluknya. Hanya Ia berikan pada makhluknya yang terpilih.

Berbahagialah engkau yang sekarang hidupnya hancur berantakan.
Berbanggalah kamu yang hari ini mimpinya diluluhlantakkan.
Dan tersenyumlah kalian yang saat ini ditimpa kesulitan dan kesedihan.

Guru saya pernah berkata "Semakin gelap, semakin terang". Semakin sulit keadaan, semakin cahaya Allah mudah untuk bersinar. Bukankah saat-saat tergelap di malam hari adalah saat-saat menjelang subuh. Dan bukankah subuh itu dekat dengan waktu terbitnya matahari?

Saat dimana seharusnya kita paling tenang bukan pada saat tidak adanya masalah. Justru saat kita seharusnya paling tenang adalah ketika diterpa tsunami masalah, ketika di tengah badai problematika kehidupan, ketika tersesat di gurun pasir ketidakpastian. Di saat itulah kita harus paling tenang. Dan disaat itulah ketenangan dapat ditemukan sejatinya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline