Lihat ke Halaman Asli

La BolonG

Penulis

Kuyang Part 1: "Bayang-Bayang kuyang di Ujung Sungai".

Diperbarui: 12 April 2025   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Bayang-Bayang Kuyang di Ujung Sungai

Di sebuah desa kecil di pedalaman Kalimantan Timur, ada sebuah dusun yang terpencil, bernama Lamut. Desa ini dikelilingi hutan lebat dan sungai yang mengalir tenang, tapi di malam hari berubah menjadi tempat yang mengerikan.

Warga Lamut hidup sederhana dan sangat percaya dengan hal-hal gaib. Mereka selalu mematikan lampu sebelum jam sembilan malam dan menaburkan garam di sekeliling rumah setiap malam Jumat. Bukan tanpa alasan  konon katanya, dusun itu dihuni oleh kuyang.

Kuyang adalah makhluk jadi-jadian: perempuan yang melepas tubuhnya, menyisakan kepala dan isi perut yang melayang-layang mencari darah bayi atau perempuan hamil. Banyak cerita berseliweran, tapi tidak ada yang berani bicara terang-terangan.

Sampai suatu malam, seorang bidan desa bernama Bu Lestari harus membantu persalinan seorang ibu muda, Mira, yang tinggal di ujung dusun dekat sungai. Malam itu hujan gerimis dan listrik padam. Dengan senter di tangan dan tas perlengkapan, Bu Lestari berjalan kaki ditemani suami Mira yang panik.

Di tengah jalan, mereka melewati jembatan kecil kayu. Bu Lestari melihat sesuatu melintas cepat di atas pohon-pohon  seperti bola api, tapi berisi urat dan jantung. Ia menahan napas.

Sesampainya di rumah, suasana terasa aneh. Angin menderu masuk lewat celah-celah papan, dan anjing-anjing menyalak ke arah atap. Bu Lestari segera memulai persalinan. Namun saat proses berlangsung, terdengar suara "sssssssshhh" dari luar jendela, seperti bisikan.

Suami Mira membuka tirai dan hampir pingsan. Di luar, ada wajah perempuan pucat dengan rambut panjang terurai, tanpa tubuh, melayang-layang. Isi perutnya berkilauan basah. Matanya merah menyala. Kuyang itu menggedor jendela, mengerang seperti tikus tersesat.

Bu Lestari cepat-cepat menyuruh suami Mira menabur garam dan abu dapur di sekeliling rumah. Dengan gemetar, ia terus membantu persalinan sambil membaca doa.

Saat bayi lahir dan menangis pertama kali, kuyang itu melolong panjang, lalu terbang menjauh ke arah sungai, lenyap ditelan kabut.

Pagi harinya, warga menemukan jejak darah memanjang dari halaman rumah Mira sampai ke hutan. Di tepi sungai, ada bekas tubuh terbakar, seperti kulit manusia yang mengelupas. Tak ada yang tahu siapa kuyang itu sebenarnya, tapi sejak malam itu, seorang perempuan tua yang biasa berjualan jamu di pasar tak pernah terlihat lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline