Lihat ke Halaman Asli

La BolonG

Penulis

"Sedekah Telur"

Diperbarui: 11 April 2025   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Sedekah Telur di Jembatan Tabuk

Di sebuah desa terpencil di pedalaman Kalimantan, ada jembatan kecil dari kayu ulin yang membelah sungai keruh dan tenang. Orang-orang menyebutnya Jembatan Tabuk, sesuai nama desa yang letaknya tersembunyi di balik hutan lebat. Jembatan itu bukan sekadar penghubung jalan, tapi saksi bisu dari sesuatu yang tak pernah benar-benar bisa dijelaskan.

Warga Desa Tabuk hidup sederhana, tapi sejak beberapa tahun terakhir, ada satu kebiasaan aneh yang diam-diam diperhatikan oleh anak-anak muda: seorang nenek tua bernama Nyai Salmah, sering terlihat datang ke jembatan itu setiap malam Jumat Kliwon, membawa dua butir telur ayam kampung.

Ia datang sendiri, berjalan tertatih dengan kain lusuh dan topi caping yang menutupi sebagian wajahnya. Ia akan duduk sebentar di ujung jembatan, lalu meletakkan dua butir telur di atas daun pisang kering, berbisik lirih, dan pergi tanpa menoleh.

Awalnya orang mengira itu hanya ritual pribadi. Mungkin bentuk sedekah atau kebiasaan lama. Tapi setelah itu, selalu ada satu kejadian yang sama: kabar kematian dari warga desa.

Dan yang membuat merinding, setiap korban meninggal dalam keadaan tak wajar.

Pertama, seorang pemuda ditemukan tewas tergantung di hutan. Lalu, seorang ibu rumah tangga tenggelam di sumur saat mengambil air, padahal sumurnya tak lebih dari satu meter. Ada pula seorang bocah yang mati kejang di depan televisi---padahal listrik sedang padam malam itu.

Setelah tiap kejadian, warga baru sadar, telur di jembatan itu selalu hilang keesokan harinya.

Lama-lama desas-desus menyebar: "Nenek itu sedang memberi tumbal."
Beberapa berani memata-matai, tapi tak satu pun berani mendekat.

Sampai suatu malam, tiga pemuda desa---Bani, Darto, dan Eeng---memutuskan untuk mengikuti Nyai Salmah diam-diam. Mereka bersembunyi di balik pohon bambu dekat jembatan, merekam diam-diam dengan ponsel.

Jam menunjukkan pukul 01.12 dini hari saat Nyai Salmah datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline