Lihat ke Halaman Asli

Jelang Pilpres 2014, Waspadai Survei Capres Abal-Abal

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14015415181854156554

[caption id="attachment_339395" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber: pemilu.com"][/caption]

Siap-siap,   Pilpres yang akan digelar 9 Juli tinggal menghitung hari. Semua capres pasti makin giat bermanuver. Seperti yang sudah-sudah, urusan survei pasti jadi salah satu bahan gorengan-nya untuk meyakinkan pemilih. Trik-nya buanyak banget. Sebagai pemilih kita kudu hati-hati. Jangan cepat percaya sama rilis hasil survei.

Eh, tapi ini bukan berarti survei pasti bohong loh. Memang kadang suka salah, tapi biasanya masih di margin error-lah.  Yang paling diwaspadai itu hasil survei abal-abal alias tidak ada survei tapi ada rilis hasilnya.

Bagaimana bedakan yang abal-abal sama yang survei benaran?

Untuk itu harus tahu dulu bagaimana produk survei dirilis. Ada tiga jenis: dirilis apa adanya, diubah sedikit datanya dan yang sekadar sekadar gotak-gatuk di  atas meja alias tidak ada survei.

Bagaimana bedainnya? Gampang saja. Lihat siapa penyelenggaranya. Syukur-syukur pernah dengar rumor-rumor tentang mereka. Itu berguna jadi panduan.

Biar blak-blakan saya buka kartu saja. Gank LSI (lembaga) paling emoh disuruh utak-atik data. Kata mereka, sekali berbuat gitu reputasi bakal rusak. Ini bukan muji ya, tp gitu sik pengalaman sama mereka. Saya belum sempat berurusan sama SMRC dan Indikator. Tapi kata teman saya sama saja. Bedanya, mereka punya tawaran konsultasi, kalau LSI survei tok.

Nah, kalau LSI (lingkaran) dan anak usahanya yg bermacam2 itu namanya suka bikin keder gitu. Mereka kadang nawarin presentasi gratis. Hasilnya pasti menyeramkan. Nah, klo sudah begitu, masuk deh tuh tawaran konsultasi, lengkap sama jasa-jasa kampanye darat-nya.

Nah, mereka nih enaknya bisa sedikit kompromi gitu. Ubah-ubah dikit data untuk kepentingan publikasi ke media massa. Data yang diubah bisa hasil survei itu sendiri bisa juga waktu penentuan sampling. Saya pernah minta ‘kebijaksanaan’ atas perintah bos di kantor, dan mereka mau. Tapi hasil yang sebenarnya juga dilaporkan untuk kebutuhan laporan.

Gimana dengan yg lain? JSI, Charta dan Indobarometer saya belum pernah berinteraksi. Jadi nggak tau gimana-gimananya. Jadi tak bisa cerita deh, daripada jatuhnya fitnah. Kalau yang nongol tiba-tiba menjelang pilpres/pilkada, silahkan nilai sendiri saja.

Nah, yang bikin saya tergelak tuh sama lembaga yang ngakunya survei padahal cuman orat-oret dari hasil survei lembaga lain. Dia dapat bocoran angka survei itu dari wartawan, terkadang juga oknum timses yang mau kongkalingkong sama dia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline