Lihat ke Halaman Asli

Berdikari Bisa Dimulai dari Aspira

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13780100431064441845

[caption id="attachment_284752" align="alignnone" width="381" caption="dok. pribadi"][/caption]

Akhir Agustus 2013, atau tepatnya 2 minggu setelah perayaan 68 tahun Indonesia merdeka, ditengah kesibukan bekerja dan selalu pulang pergi Jakarta-Halmahera, pada hari libur kerja dengan dibantu Udi anak didik saya, melakukan survey penggunaan part ASPIRA di daerah terpencil Buli, Maba, Halamahera timur, Maluku Utara. Survey ini diilhami oleh "kompasiana-Aspira Blog competition", sekaligus ingin melakukan survey atas rasa kebanggaan terhadap produk Indonesia, khususnya spare part motor, sekaligus bersosialisasi dengan masyarakat Indonesia bagian timur, di kepulauan Halmahera ini, untuk mempertebalkan rasa kebangsaan dalam diri saya agar semakin "Indonesia".

Untuk menuju Buli, jalur yang biasa saya tempuh menggunakan pesawat udara, dengan rute Jakarta transit di Ternate, dilanjutkan ke Buli dengan menggunakan pesawat kecil jenis ATR 80, mengingat panjang lintasan bandara di Buli hanya 1.200 meter, sementara untuk waktu tempuh Ternate-Buli hanya 20 menit. Kemudian dilanjutkan jalan darat sekitar setengah jam. Apabila terjadi keterlambatan pesawat Jakarta-ternate, maka untuk menuju Buli, bisa menggunakan jalur laut disambung jalan darat, terlebih dahulu menyeberang dari Ternate menuju sofifi menggunakan speed boat selama 45 menit, kemudian dilanjutkan jalan darat Sofifi-Buli sekitar 4 jam dengan kondisi jalan 70% kurang baik, bahkan dibanyak titik harus melintasi sungai-sungai kecil mengingat belum selesainya jembatan yang dibangun.

Keterpencilan daerah ini bisa digambarkan dengan tingkat kepadatan penduduk untuk rata-rata di Kabupaten Halmahera Timur dimana setiap 1 km persegi dihuni oleh 6,8 jiwa, atau hanya 0,000449  saja kalau dibandingkan tingkat kepadatan penduduk di Jakarta atau Jakarta lebih padat 2.256 kali lebih padat daripada Halmahera Timur, tetapi kalau berbicara daya beli jangan diragukan, soalnya masyarakat disini, sudah terbiasa membeli bensin atau BBM dengan harga non-subsidi, sehingga setiap kali ada kebijakan kenaikan BBM tidak pernah ada penolakan. Bahkan untuk harga barang umum pun, harga semua barang hampir 2 kali lipat harga barang di Jakarta, sebagai contoh 1 galon air mineral kalau di Jakarta harganya paling mahal 15 ribu, disini harganya 30 ribu paling murah.

Keterpencilan dan minimnya infrastruktur menjadi penyebabnya, tetapi ini bisa diimbangi karena adanya perputaran ekonomi yang tinggi, sehingga daya beli masyarakatpun meningkat, karena di daerah tersebut terdapat beberapa perusahaan tambang nikel dengan tingkat eskpor produksi ore nikel terbesar di Indonesia, hal ini bisa dilihat ketika saya berada diatas udara dari atas pesawat yang melintasi diatas pelabuhan, tempat kapal berlabuh, dari atas pesawat saya bisa melihat banyaknya kapal-kapal yang sedang antri untuk diisi ore nikel (mineral mentah).

Sekarang bagaimana dengan nasib ASPIRA, didaerah terpencil ini ? Hasil survey yang saya lakukan, ditengah keterpencilanya, ASPIRA ternyata sudah mampu menembus pasar Buli. Survey ini dilakukan hanya untuk bengkel sepeda motor saja, mengingat bengkel motor disini, jumlah sangat banyak, kalau saya hitung sepanjang perjalanan darat dari bandara ke Buli, ada 30 bengkel motor disepanjang jalanya. Hal ini bisa difahami, karena angkutan umum yang mendominiasi disini adalah motor dan "bentor". Bentor adalah transportasi umum sepada motor, yang dimodifikasi, dimana bagian depan sepeda motor diubah menjadi bentuk seperti becak, sehingga fungsi sepeda motor sebagai tenaga penggerak becak yang biasanya menggunakan tenaga manusia dengan cara di ontel, uniknya tarif bentor disini, layaknya naik angkot, dihitung per kepala, berbeda dengan becak yang bertenaga manusia, yang biasa kita jumpai di Jakarta,  system tarifnya per paket 1 becak, tidak peduli penumpang yang naik kedalam becak tersebut 2 atau 3 orang.

Pemakain spare part motor disini cukup tinggi, mengingat satu-satunya alat transportasi yang sesuai dengan kondisi Buli adalah sepeda motor. Dari survey yang saya lakukan,  Kalau dibandingkan merk lain, rata-rata per bulan tingkat konsumsi spare part motor ASPIRA masih dibawah 10%, hal ini bisa dilihat dari tingkat penjual part ASPIRA dibanding merk lain di bengkel yang saya survey, dimana konsumen yang paling banyak adalah dari pemilik motor pribadi, karena memang jumlah pemilik motor tumbuh sangat signifikan sejak 2 tahun terakhir ini, hal ini dikarenakan adanya penambahan kapasitas produksi perusahaan tambang yang ada, disamping itu, di Buli juga sejak tahun 2011 dilakukan proyek pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel terbesar di Indonesia dimana saat groundbreaking dihadiri pak menko perekonomian Hatta Rajasa karena daerah ini masuk dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di kawasan Indonesia timur, otomatis inilah penggerak utama perekonomian di Buli, saat ini dan yang akan datang. Bahkan dari data yang diperoleh, pendapatan asli daerah Halmahera Timur pun 90% tergantung dari perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi disini.

Padahal kalau dilihat dari sisi harga pasaran di Buli, jelas ASPIRA masih lebih murah 20% dibandingkan dengan merk spare part bawaan asli motornya. Walaupun, murahnya harga part ASPIRA di Buli, tetap lebih mahal 60% diatas harga part asli bawaan motornya kalau di Jakarta. Artinya, konsumen ASPIRA di Buli, bersedia membayar lebih mahal daripada part aslinya yang dijual di Jakarta.

Tingkat kemampuan daya beli rata-rata masyarakat di Buli, berakibat, pada pola fikir konsumen, dimana harga tidak menjadi masalah, karena untuk membeli bensin saja disini hampir 2 kali lipatnya harga bensin subsidi, itu pun barangnya langka, seperti yang terjadi saat saya melakukan survey, semua penjual bensin, di Buli, kehabisan stock alias habis. Hasil diskusi dan bicang-bincang ringan dengan pemilik bengkel, saya dapat menyimpulkan, mungkin itulah penyebab rendahnya tingkat penjualan ASPIRA di bengkel-bengkel yang berada di Buli,"setiap bulan rata-rata part motor ASPIRA paling hanya 10% dari total part yang terjual di bengkel saya, karena dengan kemampuan daya beli yang tinggi, harga buat orang sini tara ada masalah, karena yang 10% pembeli ASPIRA rata-rata karena pertimbangan harga yang lebih murah dari part yang bawaanya motor", ucap Jamareng, salah satu pemilik bengkel di Buli, yang membuka bengkel di pinggir jalan poros Buli-Maba, sejak tahun 2010.

Peningkatan taraf hidup dan kemampuan daya beli, sebenarnya itulah yang sedang dialami bangsa ini, hal ini bisa dilihat dari statistik masyarakat Indonesia pada umumnya, dimana terjadi peningkatan jumlah penduduk yang masuk dalam kelompok ekonomi menengah. Sebenarnya ini peluang, tetapi bila tidak manfaatkan peluang pasar ini, maka barang impor akan merajalela, ini bukan hanya di masalah part, tapi sudah dialami ke dalam kelompok pangan bahkan tempe sekalipun kedelainya adalah impor.

Pada bulan-bulan diamana, kita baru saja merayakan kemerdekaan yang ke 68 tahun, maka kita tengok sejarah, dimana judul pidato Presiden Soekarno, 17 Agustus 1965, 'Tahun Berdikari', di sini ia menjelaskan tiga prinsip berdikari. Yakni, berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Ketiga-tiganya prinsip berdikari ini, kata Bung Karno, tidak dapat dipisahkan dan dipreteli satu sama lain. Menurutnya, tidak mungkin akan ada kedaulatan dalam politik dan berkepribadian dalam kebudayaan, bila tidak berdirikari dalam ekonomi. Demikian pula sebaiknya. Sama halnya angka hasil survey part motor ASPIRA, berdikari dalam hal teknologi yang dibuktikan telah diproduksinya part motor ASPIRA made in Indonesia saja tidak cukup, kalau kita masih tidak berdikari dalam berkepribadian dalam kebudayaan bangga dengan produk Indonesia, akibatnya pertumbuhan ekonomi yang sudah tercipta tidak mampu untuk membendung part impor yang sangat massif masuk ke Indonesia, walau pun  part motor ASPIRA sendiri merupakan merk asli Indonesia dengan segala penghargaan yang mencerminkan kualitasnya. Selain itu, sesuai fungsinya, masyarakat yang menjadi konsumen tidak perlu khawatir lagi jika memiliki masalah dengan perawatan mesin kendaraan bermotor. Standar kualitas Astra yang ketat, membuat setiap produk ASPIRA memiliki spesifikasi yang cocok untuk sepeda motor, apapun mereknya. Mutu dan kualitas produk sangat terjamin dengan sistem monitoring distribusi barang yang dilakukan dengan baik oleh PT. Astra Otoparts Tbk, terbukti dengan diraihnya sertifikat standar mutu produk ISO 9000 dari Badan Sertifikasi bertaraf internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline