Lihat ke Halaman Asli

Risman Senjaya

Writer Wannabe

Cobang: Hidup dan Cintamu Tak Lagi Sama (Episode: Pertumpahan Darah)

Diperbarui: 29 Oktober 2020   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Hari ini ada rencana kemana Bro?" tanya Ryan sambil menyantap nasi goreng buatan Ardi dengan lahap. Ia seperti orang yang seharian belum bertemu makanan. Padahal nasi goreng yang dibuat Ardi sangat sederhana karena keterbatasan bahan.

"Belum ada rencana. Memangnya kenapa?" jawab Ardi yang sedang menonton berita di TV.

"Ikut gue ke dojo yuk. Setiap sabtu pagi, jadwal gue latihan. Lo bisa coba-coba dulu ikut latihan, kalau suka, lo bisa daftar jadi anggota. Lo juga bisa sepuasnya memukul samsak untuk menyalurkan emosi. Lo pasang aja foto suami mantan Lo di samsak. Gue yakin Lo pasti suka," tutur Ryan sambil tersenyum penuh arti.

Ardi berpikir sejenak. Ia tak suka dengan olahraga beladiri, namun penjelasan Ryan nampak masuk akal. Tak ada salahnya mencoba hal baru. Ia lalu mengangguk pada Ryan.

"Nah, gitu dong. Hidup di Jakarta itu keras, Bro. Lo harus punya ilmu beladiri," kata Ryan serius.

***

Dojo tempat Ryan latihan terletak di kawasan Kuningan. Gedung tiga lantai itu terselip diantara gedung-gedung pencakar langit yang tampak selalu congkak. Benar apa yang dikatakan Ryan. Ardi begitu antusias menatap apa yang ada di dojo itu. Atas saran Ryan, Ardi mencoba kelas Krav Maga. Beladiri asal Israel itu praktis, mudah dipahami dan tidak memerlukan seragam khusus. Cocok untuk Ardi yang tidak memiliki latarbelakang ilmu beladiri.

"Nah,gue tinggal dulu yah, Bro. Gue mau latihan, tapi ngga bisa ngajak lo, private soalnya. Tuh pelatih gue dah datang," ujar Ryan sambil menepuk pundak Ardi yang sedang serius memperhatikan gerakan Krav Maga. Ardi mengangguk sambil terpana melihat siapa yang menjadi pelatih Ryan yang ternyata adalah seorang juara turnamen MMA di salah satu stasiun TV nasional. Adrenalin Ardi semakin menjadi. Ia merasa ini adalah tempat yang cocok untuk dirinya.

Setelah sekitar dua jam, Ardi dan Ryan selesai latihan. Peluh menghiasi wajah keduanya. Sebelum pulang, mereka beristirahat di cafetaria yang ada di lantai tiga. Dua gelas mojito dan dua porsi tenderloin steak terhidang di meja.

"Bro, nanti malam clubing yuk," ajak Ryan seraya mengunyah potongan steak pertamanya.

"Hmmm.... Gimana yah? Gue kurang suka suasana club. Gue ngga suka musik dugem. Gue juga ngga minum alkohol," tutur Ardi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline