Mohon tunggu...
Risman Senjaya
Risman Senjaya Mohon Tunggu... Lainnya - Writer Wannabe

Writer wannabe. Hobi fotografi dan musik. Peminat novel Tere Liye dan Ika Natassa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cobang: Hidup dan Cintamu Tak Lagi Sama (Episode: Pertumpahan Darah)

29 Oktober 2020   05:00 Diperbarui: 29 Oktober 2020   05:04 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ayolah. Lo ngga mesti minum alkohol. Lo bisa pesan soft drink. Dan satu hal lagi, Dea juga datang loh," ajak Ryan tersenyum penuh arti.

"Emang kenapa dengan Dea?" tanya Ardi sok cool.

"Halah, emangnya gue ngga tau kelakuan Lo? Tiap pagi Lo suka curi-curi pandang Dea kan? Nah, Lo mau lihat penampilan Dea yang berbeda dari yang setiap hari Lo lihat ga? Ingat, dis... trak... si..." bujuk Ryan.

Ardi menggaruk kepala yang tak gatal. Ia tak menyangka Ryan mengetahui kebiasaannya itu. Tak ada alasan untuk menolak, Ardi pun memutuskan untuk ikut.

***

Hingar-bingar musik breakbeat yang keluar dari perangkat Pioneer CDJ2000 dengan kekuatan soundsystem 15.000 Watt memenuhi setiap sudut club. Lighting, permainan laser, gun smoke, serta dua big screen begitu memanjakan mata. Semua orang larut dalam euforia, kecuali Ardi sepertinya. Melupakan sejenak segala tekanan hidup. Inilah rumah suci kala akhir pekan. Tempat melampiaskan segala duka lara dan sakit hati.

Di satu sudut sitting table area, telah berkumpul Ardi dan Ryan serta koleganya. Ada Frans, Leo, Ines dan tentu saja Dea. Sengaja Ryan menempatkan posisi duduk Ardi disebelah Dea. Ada beberapa alasan tentu saja. Pertama, ia ingin distraksi bekerja dengan baik pada diri teman lamanya itu. Dan sepertinya berhasil. Paling tidak untuk saat ini. Kedua, Ardi dan Dea sama-sama tidak minum alkohol dan tidak pula merokok.

Botol Vibe Tequila dan Absolut Vodka, beberapa gelas cocktail serta soft drink tersaji di meja. Canda tawa sejenak melupakan rutinitas pekerjaan. Tak lupa pula dance gila-gilaan sebagai ekspresi diri. Lewat pukul dua dini hari, mereka pulang. Frans, Leo, dan Ines menumpang mobil Dea. Ardi pulang bersama Ryan. Ada baiknya juga Ardi dan Dea tidak minum alkohol, karena bisa menjadi supir saat yang lain tipsy.

Sesaat sebelum membuka pintu mobil di parkiran, terdengar keributan lalu jeritan seorang wanita. Ardi melihat ke arah asal suara, ternyata jeritan itu berasal dari wanita yang dikenalnya baru-baru ini. Ia lalu berlari mendekati tempat kejadian. Nampak seorang pria tengah terkapar dikeroyok oleh dua orang berbadan tegap. Seorang pria bercodet di pipi nampak tersenyum menyeringai sambil melipat lengannya didada. Mungkin ia majikan dari dua orang berbadan tegap itu.

"Rei! Ada apa ini?" teriak Ardi.

"Tolong mas Ardi. Teman saya dikeroyok preman!" Reiga berteriak dengan wajah pucat pasi. Ardi bersiap menghampiri kedua orang preman itu, namun Ryan mencegahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun