Lihat ke Halaman Asli

Rini DST

TERVERIFIKASI

Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Sepucuk Surat untuk Dik Suko di Malang

Diperbarui: 9 Mei 2021   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ... Ko,

Waduh panggilan Ko, kok sama dengan tokoh yang mbak pake untuk cerita di Kompasiana, yang berjudul Kojima Sahabat Tepercaya, dengan Gaya Hidup Baru yang Sehat. Nama panggilanmu Ko kependekan dari Suko. Sedangkan tokoh dalam cerita yang mbak tulis, Ko kependekan dari Korma. Hehehe.

Lebaran kurang 4 hari lagi, cerita-cerita tentang larangan mudik semakin pasti. 

Walaupun keluarga kita sudah biasa ga setiap lebaran harus mudik, tapi sedih juga dengan adanya larangan mudik selama 2 tahun berturut-turut.  

Mangkanya mbak menulis sepucuk surat ini.

Kue.

Mbak sudah terima kiriman kue yang mbak pesan. Enak juga kue bikinan istri dan mantumu. 

Pia-piaan itu nama kuenya. Kenapa bukan pia beneran? Takut nyaingi  pia yang terkenal di kota Malang juga ya?

Pia sebetulnya bukan merupakan kue yang sudah menjadi tradisi lebaran di Indonesia. Pia berasal dari provinsi Fujian di Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Dari negara asalnya dikenal dengan nama Tou Luk Pia. Ada yang asin berisi daging, dan yang manis berisi kacang hijau. Dibawa ke Indonesia oleh  Kwik Sun Kwok, pandatang dari RRT, ke Yogyakarta pada tahun 1940.

Sekarang istri dan mantumu membuat terobosan sebagai kue lebaran, dicetak kecil-kecil jadi seperti nastar. Ada 3 varian isi kacang hijau--keju--coklat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline